Selasa, 26 November 2024

Tradisi Malam Lebaran Mualaf Suku Tengger

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Warga muslim dari kalangan mualaf Suku Tengger menggelar pawai obor dengan berkeliling jalanan dusun masing-masing, Selasa (5/7/2016).

Ustadz Didin Prastanto, salah-seorang da`i yang membimbing para mualaf di Desa Argosari kepada Sentral FM mengatakan, malam lebaran yang diwarnai takbir keliling merupakan momentum yang selalu dirayakan dengan meriah.

Desa Argosari saat ini memiliki empat masjid yang menjadi pusat ibadah para mualaf Suku Tengger. Diantaranya, Masjid Jabal Nur di Dusun Gedok Puncak dengan jamaah lebih dari 100 orang mualaf, Masjid At Taqwa di Dusun Gedok Bawah dengan jamaah mencapai 400 orang karena umat muslimnya mayoritas.

“Selain itu, Masjid Al Hidayah di Dusun Bakalan dengan jamaahnya hampir 200 orang dan insya Allah ramadhan tahun ini bertambah lagi. Terakhir, Masjid Baiturcohmah di Dusun Pusung Duwur yang merupakan masjid baru dengan jamaahnya tidak sampai 100 orang. Di setiap Masjid ada da`i pendampingnya masing-masing,” katanya.

Rute pawai obor takbir keliling ini, masih menurutnya, diawali dari masjid yang ada di dusun masing-masing lalu berjalan berombongan keliling kampung. Selanjutnya rombongan akan kembali menuju ke masjid. “Pawai ini dilakukan setelah sholat tarawih hari terakhir Ramadhan,” ujarnya.

Pawai obor dalam rangka takbir keliling ini pun berlangsung meriah karena para mualaf yang didominasi kalangan anak-anak terus melantunkan takbir bersahut-sahutan. Dan pawai ini akan berakhir menjelang dinihari nanti.

“Selanjutnya besok, seluruh muallaf akan melaksankaan sholat Idul Fitri di masjid dusun masing-masing. Dan menariknya, setelah sholat Idul Fitri ada tradisi rutin yang dilaksanakan warga untuk saling menjaga toleransi diantara masyarakat di Desa Argosari. Yakni, seluruh mualaf saling bersilaturahim atau beranjangsana antarwarga,” katanya.

Tidak hanya warga muslim saja yang melakukan silaturahim, namun warga yang beragama Hindu juga toleran dengan saling mengunjungi. “Inilah indahnya toleransi di Desa Argosari ini. dan tradisi itu terus dilakukan smapai saat ini. Jadi, lebaran seolah tidak hanya dirasakan warga muslim dari kalangan mualaf saja. Warga yang bergaama Hindu juga turut merasakan lebaran,” ujarnya.

Tradisi kemeriahan di akhir ramadhan dan memasuki 1 Syawal ini, dilakukan para mualaf Suku Tengger sebagai buah dari perjuangan mereka melaksankaan ibadah puasa selama sebulan penuh. Di mana secara keseluruhan suasana Ramadhan di tengah-tengah mualaf Suku Tengger lereng Gunung Semeru penuh suka cita dan semarak.

Meski di Desa Argosari ini selama Ramadhan tidak ada kebiasaan patrol keliling seperti yang banyak dilakukan masyarakat, untuk membangunkan warga guna bersantap sahur. Untuk membangunkan warga muslim, cara yang dilakukan adalah melalui pengeras suara masjid saja.

“Selain itu, banyak kegiatan yang dilaksanakan di masjid selama ramadhan, mulai dari tarawih sampai tadarusan sampai menjelang subuh. Ini pengalaman yang tidak pernah akan bisa saya lupakan berada di tengah-tengah para mualaf Suku Tengger ini,” katanya. (her/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
32o
Kurs