Bambang Setiajid Kasie Data dan Infomasi BMKG Juanda mengatakan, fenomena hujan deras menjelang pagi akan terjadi di Surabaya dan daerah pesisir hingga bulan Agustus mendatang.
“Sebenarnya bulan-bulan ini mulai masuk musim kemarau, tapi kemarau basah. Siklus cuaca seperti ini menjadi fenomena 5-7 tahunan,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Sabtu (16/7/2016).
Bambang mengatakan, fenomena ini disebabkan anomali suhu permukaan air laut hingga 2-3 derajat Celcius di atas normal di wilayah laut Jawa dan Samudera Indonesia.
“Suhunya naik maka tekanan udaranya turun, sehingga suhu udara menuju tekanan yang rendah. Daerah Surabaya juga menjadi pertemuan pergerakan udara (konvergen). Akibatnya pembentukan awannya jadi sangat intens, terutama di daerah pesisir baik selatan maupun utara,” kata Bambang.
Fenomena ini mungkin akan terjadi hingga bulan Agustus. Fenomena kemarau basah ini merupakan siklus 5-7 tahunan. Sebelumnya terjadi pada tahun 2010 lalu.
“Ini juga menjadi ciri khas daerah teluk dan semenanjung seperti Surabaya. Angin tertiup dari arah Timur Tenggara. Surabaya ini berada di antara wilayah Utara yakni Selat Madura dan Selatan-Barat ada Pulau Jawa. Surabaya termasuk pesisir, kalau dikaitkan dengan Madura Surabaya seperti daerah teluk,” katanya.
Bambang mengatakan, bagi para petani agar tidak menanam padi jika terimbas fenomena cuaca seperti ini. Sebab, meski terlihat kemarau basah, tapi tidak cukup air untuk sampai masa panen.
“Kalau mau aman, lebih baik jangan nanam padi. karena dikhawatirkan tidak cukup sampai padi menua, nanti malah dikhawatirkan puso,” katanya.(bid/ipg)