Sabtu, 23 November 2024

Detik Akhir Menjelang Freddy Budiman Menjalani Eksekusi Mati

Laporan oleh Tito Adam Primadani
Bagikan
Nisan Freddy Budiman yang terpasang setelah jenazahnya masuk ke liang lahat dan diuruk tanah di Makam Mbah Ratu Jl. Demak Surabaya. Foto : Denza/Dok. suarasurabaya.net

Eksekusi hukuman mati “jilid III” terhadap terpidana kasus narkoba telah dilaksanakan di Lapangan Tembak Tunggal Panaluan, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Jumat (29/7/2016), pukul 00.46 WIB.

K.H. Hasan Makarim Koordinator Kerohanian Islam Lembaga Pemasyarakatan Se-Nusakambangan menilai, adanya upaya perbaikan sehingga pelaksanaan eksekusi “jilid III” ada peningkatan dari sebelumnya.

Ia menduga hal itu dilakukan Kejaksaan Agung untuk menghindari kesimpangsiuran informasi seperti yang terjadi pada bulan Mei 2016 terkait rencana eksekusi hukuman mati.

“Kesimpangsiuran informasi itu berdampak pada psikologis yang ada di dalam (lembaga pemasyarakatan,red),” kata Hasan.

Menurut Hasan, kesimpangsiuran informasi itu mengakibatkan Kejaksaan Agung penuh kehati-hatian dalam mempersiapkan eksekusi “jilid III”. Bahkan hingga detik-detik menjelang eksekusi, Kejaksaan Agung belum merilis identitas terpidana mati yang akan dieksekusi.

Sementara itu, dia mengaku mendapat surat penugasan dari Kejaksaan Agung untuk memberikan pendampingan bagi empat terpidana mati beragama Islam yang akan dieksekusi, salah satunya Freddy Budiman.

Dia mengaku, memiliki kesan tersendiri terhadap Freddy Budiman. Karena saat baru kembali ke Nusakambangan, terpidana mati kasus narkoba tersebut menemuinya untuk meminta nasihat. Selain itu, Freddy Budiman saat menjelang eksekusi tampak tegar.

“Dia mengaku sudah siap dieksekusi. Dia bilang alhamdulillah karena sebentar lagi akan bertemu Allah SWT,” kata Hasan.

Bahkan saat keluarganya datang, kata Hasan, Freddy mencium tangan kepada ibunya sembari meminta ampun karena selama ini telah merepotkan. Freddy juga berpesan kepada anak-anaknya untuk rajin salat dan menjauhi narkoba.

Terkait pembinaan bagi empat terpidana mati yang akan dieksekusi, Hasan mengatakan hal itu dilakukan seperti biasa.

“Seperti biasanya, selama pendampingan, saya tidak pernah bicarakan kematian. Saya berikan zikir, doa, dan penguatan mental,” katanya dilansir dari Antara.

Saat menjelang malam eksekusi, kata dia, Freddy bersama tiga terpidana mati yang beragama Islam itu menjalankan puasa Daud dan makan kurma setelah berbuka.

Selanjutnya, keempat terpidana mati itu mengenakan pakaian warna putih yang dibawa Hasan dan diberi wewangian.

“Freddy kemudian berpamitan, bahkan berpelukan dengan petugas lapas sembari meminta maaf. Dia juga bilang, Insya Allah sebentar lagi saya bertemu Allah SWT,” katanya

Hasan juga bercerita, Freddy dan tiga terpidana mati lainnya tampak tegar saat menunggu petugas yang akan membawa mereka ke Lapangan Tembak Tunggal Panaluan untuk menjalani eksekusi.

Akan tetapi saat penjemputan, kata dia, hanya Freddy yang dibawa petugas menuju lokasi eksekusi sedangkan tiga orang lainnya tetap di ruang isolasi Lapas Batu karena eksekusi terhadap mereka ditunda.

Disinggung mengenai pesan terakhir Freddy, dia mengatakan terpidana mati itu minta dimakamkan di Surabaya dan minta agar jenazahnya dipakaikan kain ihram yang pernah dipakai keluarganya saat ibadah haji dan umroh.

“Kami sudah laksanakan permintaan Freddy dengan memakaikan tiga helai kain ihram pada jenazahnya,” kata Hasan.

Sementara itu, Ajun Komisaris Besar Polisi Edy Santosa Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Cilacap mengaku, sempat bertemu dengan Freddy Budiman setelah terpidana mati kasus narkoba itu berada di Lapas Batu, Pulau Nusakambangan.

“Dia tampak tegar meskipun badannya agak kurusan. Dia bilang, jangan lupakan salat,” katanya. (ant/tit/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs