Joko Widodo Presiden secara resmi membuka Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-26 dan Konferensi Islam Internasional Washatiyyah di Mataram, Lombok, Sabtu (30/7/2016) malam.
Perhelatan kali ini dilangsungkan di Astaka Utama Islamic Centre yang dihadiri 1.200 peserta yang berasal berbagai provinsi di Indonesia. Kumandang lagu kebangsaan Indonesia Raya mengawali acara yang dimulai sekitar pukul 20.00 WITA.
MTQ Tingkat Nasional ke-26 kali ini terbagi dalam 7 cabang dan 18 golongan musabaqah. Ketujuh cabang tersebut adalah tilawah Al-Quran, hifzh Al-Quran, tafsir Al-Quran, fahm Al-Quran, syarh Al-Quran, khath Al-Quran, dan menulis makalah ilmiah AlQuran (M2IQ).
Sedangkan 18 golongan lomba terdiri dari: enam golongan cabang tilawah Al-Quran (dewasa, remaja, anak-anak, tartil, difabel, serta qiraah sabah); lima golongan cabang hifzh Al-Quran (1 juz, 5 juz, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz); tiga golongan cabang tafsir Al-Quran (Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris), serta empat golongan cabang khath Al-Quran (naskah, hiasan mushaf, dekorasi, dan kontemporer).
Presiden menagtakan, sudah saatnya Indonesia menjadi sumber pemikiran Islam dunia, menjadi sumber pembelajaran Islam dunia.
“Negara-negara lain harus juga melihat dan belajar Islam dari Indonesia karena Islam di Indonesia itu sudah seperti resep obat yang paten, yaitu Islam Washatiyyah, Islam Moderat. Sedangkan negara-negara lain masih mencari-cari formulanya,” kata Presiden.
Untuk itulah Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2016tentang pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia.
“Harapan saya, Universitas ini akan menjadi sumber ilmu Islam, sumber cahaya moral Islam, dan benteng bagi tegaknya nilai-nilai Islam yang berkeseimbangan (tawasun), Islam yang toleran (tasamuh), dan Islam yang egaliter (musawah),” kata Presiden.
Presiden berharap agar gelaran MTQ yang telah membudaya tersebut dapat terus berkembang dalam segala aspek. Selain itu, penyelenggaraan agenda rutin tersebut diharapkan mampu mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia.
“Saya memiliki harapan, MTQ yang telah membudaya di tengah masyarakat kita, selain berkembang dari segi syiar dan kualitas penyelenggaraannya, juga dapat mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia,” kata Jokowi.
Presiden mengingatkan agar MTQ Nasional mampu membumikan Al-Quran sehingga lebih mudah dipahami masyarakat.
“Prestasi adalah yang utama. Namun yang lebih utama lagi adalah syiar dan dakwah tentang bagaimana membumikan Al-Quran. Harus menjadikan Al-Quran sebagai napas kita, sebagai pegangan hidup kita yang hakiki dan sebagai kepribadian kita,” kata Presiden.
Presiden mengkritik, banyaknya orang yang mudah mencela, mengumpat, menjelek-jelekkan orang lain hingga sopan-santun diabaikan. Ungkapan-ungkapan yang pedas, ajaran kebencian yang asal bunyi itu bertebaran luar biasa khususnya di ranah media sosial.
Presiden berharap kepada seluruh pihak untuk memegang teguh dan mengamalkan kandungan Quran dalam kehidupan sehari-hari.
“Karena ketika kita menggaungkan Al-Quran, maka sebenarnya kita sedang mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesalehan sosial, nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan pada yang lemah, mengutamakan pembelaan yang fakir, dan mengutamakan pembelaan yang miskin. Bukan nilai-nilai keserakahan seperti mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,” kata Jokowi.
Usai menyampaikan sambutan, Presiden Joko Widodo langsung menabuh Gendang Beleg sebagai tanda peresmian pembukaan MTQ Tingkat Nasional ke-26. Mendampingi Presiden saat penabuhan Gendang Beleg ialah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi. (jos/bid)