Pagelaran Jazz Gunung di panggung terbuka amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo memang masih cukup lama digelar. Tepatnya pada 20 sampai 21 Agustus mendatang.
Namun, animo penikmat pagelaran jazz bertema Pesta Merdeka di Puncak Jazz Raya yang digagas Sigit Pramono, bankir dan fotografer yang mencintai Bromo dan musik Jazz, Butet Kartaredjasa, seniman yang serba bisa dan Djaduk Ferianto, seniman world music ini, sangat tinggi.
Buktinya sampai hari ini, Senin (1/8/2016), seluruh hotel dan homestay di seputaran Sukapura, Bromo telah kebanjiran booking untuk pagelaran Jazz Gunung selama dua hari nanti. Hal ini disampaikan Musa, Ketua Paguyuban Homestay Bromo ketika dihubungi Sentral FM.
Dikatakannya, tingginya minat penggemar Jazz Gunung yang digelar dengan latar belakang keindahan pegunungan Bromo Tengger Semeru ini disebabkan agenda musik ini sangat ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Apalagi kali ini cukup banyak performer yang menjadi daya tarik tersendiri, diantaranya Ermy Kulit, Dwiki Darmawan Jazz Connection, Shaggy Dog dan Ian Scionti Trio dari Spanyol.
“Jazz Gunung kali ini, sudah dipastikan ramai dengan kehadiran penggemar jazz dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari DKI Jakarta,Bandung, Surabaya sampai Bali. Yang terbanyak dari Jakarta,” kata Musa.
Ini terdata dari booking dari tour and travel. Dari data saat ini, khusus untuk Jazz Gunung, 14 hotel dipastikan overbooking. Demikian pula dengan homestay yang jumlahnya hampir 200 rumah dengan rata-rata memiliki 5 kamar. Overbooking ini diantaranya melalui pengalihan pesanan kamar hotel dan homestay dari Java Banana, tempat digelarnya Jazz Gunung tersebut.
“Sehingga Java Banana yang mengalihkan ke Hotel dan Homestay sekaligus dengan transport dan lainnya. Selain itu ada juga tamu yang memesan langsung ke hotel atau homestay melalui tour and travel,” paparnya.
Untuk agenda Jazz Gunung mendatang, pengelola Hotel dan Homestay di Bromo juga akan mendapatkan keuntungan besar karena tarifnya juga naik. “Ini disebabkan peak season. Contohnya untuk rate homestay berkisar Rp400 ribu sampai Rp600 ribu satu rumah,” urainya.
Ini, lanjut Musa, belum termasuk penggemar dari kalangan backpacker yang dipastikan juga akan banyak berdatangan ke Bromo. Mengingat, kapasitas amfiteater yang menjadi tempat digelarnya Jazz Gunung juga sangat besar karena dapat menampung 1.800 penggemar Jazz.
“Untuk backpacker, mereka biasanya langsung datang begitu saja dan masih mencari-cari penginapan sebelum hari H. Mereka ini biasanya tidak terlalu merisaukan kondisi penginapan, asalkan bisa digunakan untuk beristirahat saja. Karena biasanya setelah menonton Jazz Gunung, mereka punya agenda lain. Bisa ke Gunung Semeru atau lainnya,” ujarnya. (her/dwi)