Untuk kepentingan pemenuhan santapan kuliner dengan menu bebek, peternak di Lumajang setiap bulannya mampu mengirimkan 90 ribu ekor itik potong ke berbagai daerah.
“Pengiriman itik potong ini dengan tujuan ke kota besar seperti Surabaya maupun Malang. Termasuk juga ke Bangkalan dan Sampang di Madura dan Denpasar, Bali,” kata drh Gatot Subiyantoro Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Jumat (12/8/2016).
Dari data Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang, untuk pengiriman atau penjualan itik potong dengan tujuan Madura dan Bali, perminggunya peternak secara rutin mampu memenuhi permintaan 15 ribu ekor. “Sehingga perbulannya bisa mencapai 60 ribu ekor dengan harga jual tidak jauh berbeda dengan harga ayam, di kisaran Rp28 ribu perkilogramnya,” ujarnya.
Sedangkan untuk kota besar lainnya, masih menurutnya, jumlah pengeluaran itik potong yang terdata, masih berada dibawahnya. Yakni, sekitar 30 ribu ekor saja ke berbagai tujuan, baik Surabaya maupun Malang dan kota lainnya. “Sehingga total kemampuan peternak itik potong Lumajang menyuplai keluar daerah mencapai 90 ribu ekor perbulannya,” katanya.
Permintaan pengiriman itik potong ini, setiap tahunnya mengalami peningkatan hingga 10 persen permintaan. Untuk itu, Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang serius mengembangkan potensi ternak itik potong ini.
Bahkan, khusus peternakan itik telah terjadi pergeseran dari yang sebelumnya banyak peternak mengembangkan itik petelur kini beralih ke itik potong. Saat ini, populasi ternak itik potong di Kabupaten Lumajang telah mencapai 500 ribu ekor yang tersebar di berbagai wilayah Kecamatan.
“Yang paling dominan, itik potong banyak dikembangkan peternak di wilayah Kecamatan Yosowilangun, Rowokangkung dan Pasrujambe. Untuk Kecamatan lainnya tidak sebanyak di ketiga wilayah tersebut. Setiap peternak, mampu memelihara 1.500 ekor hingga 10 ribu ekor itik potong,” katanya.
Pola ternaknya, banyak dilakukan dengan kemitraan di tingkat peternak lokal. Yakni peternak yang menjadi pemodal atau peternak inti, melibatkan para tetangganya untuk memelihara itik potong. “Peternak inti memberikan bantuan bibit dan pakan kepada peternak mitra, yang nantinya hasil ternaknya disetorkan ke peternak inti,” katanya.
Gatot Subiyantoro menambahkan, fenomena Lanina dengan maish tingginya curah hujan di musim kemarau kali ini, juga menjadi ancaman serius terhadap kesehatan unggas. Terutama dair potensi penyebaran virus avian influenza atau flu burung, yang bisa menyerang ternak itik juga.
Untuk itu, Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang Lumajang juga telah melakukan sosialisasi dnegan menerjunkan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) untuk memberikan pembinaan terhadap peternak. Sekaligus dilakukan pengecekan dan memberikan bantuan vaksin.
“Sebelumnya kami telah mendapatgkan bantuan 100 ribu vaksin flu burung dari pusat dan telah kami realisasikan (distribusikan). Dan saat ini hanya tersisa 25 ribu saja. Sedangkan Pemkab Lumajang juga menambah pengadaan sebanyak 15 ribu vaksin flu burung. Dengan upaya ini, semoga dmapak dari fenomena Lanina ini tidak sampai menyebar penyakit flu burung,” kata Gatot Subiyantoro. (her/zha/dwi)