Deretan bangunan berupa bilik-bilik kamar di sekitar Jagir Wonokromo itu rata dengan tanah. Bangunan yang berdiri sejak 1990 an ini sebenarnya sudah berulang kali ditertibkan, tapi tumbuh kembali.
Satpol PP Provinsi dan Kota Surabaya sepakat untuk membongkar paksa bangunan ini, karena sering menjadi tempat prostitusi.
Fakta ini tidak di bantah oleh warga sekitar. Bangunan liar berbentuk bilik-bilik ini memang terkenal digunakan sebagai bilik cinta para pria hidung belang.
Januar warga Jagir Wonokromo mengatakan, tempat ini juga dikenal oleh banyak pria hidung belang sebagai tempat pemuas nafsu sesaat. Mereka biasa memiliki kode “mancing duyung bergincu”
“Jadi, banyak pria paruh baya pamit dari rumah pergi mancing, tapi belok ke bilik-bilik cinta untuk mancing “duyung bergincu”,” kata Januar, Jumat (12/8/2016).
Tarif bercinta di tempat ini relatif murah, dengan mengeluarkan uang Rp20 ribu sudah bisa beraksi di tempat yang pengap berukuran 2×3 meter persegi.
“Semua orang-orang yang sering nongkrong di warung kopi sekitar lokasi juga sudah paham,” katanya.
Januar mengaku sangat setuju dengan pembongkaran ini. Sebab, ini berdampak buruk bagi moral masyarakat.
“Mereka rata-rata juga bukan warga Surabaya atau pendatang, terutama para PSK rata-rata dari luar kota,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, sedikitnya 48 petak bangunan liar yang berderet di sepanjang timurnya Dam Sungai Kali Jagir ini ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya.
Sebanyak 48 bangunan yang ditertibkan ini dihuni oleh 33 KK atau 69 jiwa. (bid/dwi/rst)