Jumat, 22 November 2024

Demo Petani Tebu Jatim Tuntut Tutup Pabrik Impor Gula

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Demo petani tebu yang berlangsung di Kantor Gubernur Jawa Timur, pada Senin (15/8/2016). Foto : Taufik suarasurabaya.net

Demo petani tebu yang berlangsung di Kantor Gubernur Jawa Timur dihadiri oleh ribuan petani tebu dari berbagai daerah seperti Jember, Banyuwangi, Malang, Mojokerto yang merupakan daerah penghasil tebu. Dalam demo kali ini, para pendemo memiliki dua tuntutan.

Arum Sabil Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia mengatakan, waktu itu ada pabrik gula baru yang akan didirikan di Lamongan, sudah berjanji di depan Gubernur, Petani, DPR dan Polda bahwa pabrik tersebut akan digunakan untuk menggiling tebu. Namun kenyataannya, pabrik tersebut digunakan sebagai kedok impor gula mentah bukan untuk menggiling tebu.

“Hal ini yang menjadi alasan kenapa kita melakukan aksi di depan Kantor Gubernur, karena mereka berjanji di depan Gubernur dan DPR. Kalau dibiarkan saya khawatir hal ini akan menjadi seperti jamur saat musim hujan, berdirinya pabrik gula baru yang hanya sebagai kedok impor gula mentah,” katanya.

Produksi gula di Jawa Timur tiap tahun mencapai 1 juta 250 ribu ton. Kebutuhan konsumsi gula di Jatim sekitar 650 ribu ton sehingga di Jawa Timur surplus gula 600 ribu ton lebih. Tapi mengapa di hadirkan gula impor hampir 100.000 ton dan gula mentah kata Arum Sabil pada suarasurabaya.net Senin(15/8/2016).

“Tuntutan kami sederhana, kami minta pak Gubernur, sebagai garda terdepan untuk membela petani dari Jatim yang sebagai pemasok hampir 50 persen kebutuhan gula nasional. Agar Gubernur dan DPR menutup pabrik gula tersebut. Dan jangan sampai berdiri pabrik gula yang sejenisnya, karena ini berbahaya,” katanya.

Yang kedua mereka datanag melalui Propinsi Jatim dan untuk disuarakan secara nasional agar waspada terhadap persepsi harga gula mahal yang diciptakan saat ini.

“Harga gula yang dipersepsikan mahal kan Rp15 ribu, kebutuhan perkapita perorang perbulannya sekitar 0.75 kg. Jadi jika dihitung, dalam sehari konsumen mengeluarkan Rp375 apakah ini mahal, mungkin mahal bagi masyarakat yang memiliki daya beli rendah. Dengan harga beli yang rendah petani ini ditumbalkan untuk mengangkat daya beli masyarakat. Dan persepsi harga gula mahal ini digunakan untuk alasan impor gula,” kata Arum Sabil. (zha/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs