Lahan pertanian yang menjadi garapan petani Suku Tengger di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang beberapa hari terakhir mulai terkikis dan longsor.
Ismail Kepala Desa Argosari kepada Sentral FM, Selasa (16/8/2016), mengatakan bahwa hujan deras yang mengguyur Desanya beberapa hari terkahir mengakibatkan sedikitnya 12 titik longsoran. Termasuk diantaranya adalah lahan pertanian milikm warga yang juga tergerus longsoran.
“Diantaranya, longsor tebing jalan yang terjadi di Dusun Puncak, diatasnya portal masuk ke wilayah B29 juga terdapat 2 titik ,longsor yang parah. Longsoran ringan ada di 5 titik. Di pertigaan aspal menuju paving juga ada 4 titik longsor yang parah. Di pertigaan Dusun Gedok yang parah ada beberapa titik sekaligus. Termasuk sejumlah lahan pertanian milik warga yang turut longsor,” katanya.
Untuk longsoran tebing, masih menurutnya, telah dilakukan upaya pembersihan melalui kerja bakti warga setempat. Namun sampai hari ini pekerjaan belum selesai sepenuhnya.
“Pembersihan longsoran sementara ini belum selesai semuanya. Upaya pembukaan longsoran akan dilanjutkan besok, setelah kegiatan 17 Agustusan. Namun, sementara ini jalur sudah bisa dilalui untuk kendaraan roda dua,” paparnya.
Namun untuk longsoran yang terjadi di lahan pertanian warga, penanganannya dilakukan masing-masing pemilik lahan dengan melakukan perbaikan kontur pola penananam. Sayangnya, pola tanam atau bercocok tanam petani Suku Tengger Desa Argosari ini yang rawan memicu terjadinya longsor.
Pasalnya, pola bercocok tanam mereka menggunakan sistem vertikal. Lahan pertajnian yang berada di atas perbukitan dengan kemiringan lereng sangat tajam, dicangkuli dengan pola berpetak-petak yang lurus ke bawah. Mereka tidak menggunakan sistem terasiring atau sistem subak seperti pola pertanian di Bali.
Sehingga dengan pola pertanian seperti ini, areal lahan yanbg terbuka tanpa adanya pepohonan di wilayah perbukitan itu, rawan longsor ketika hujan deras mengguyur. Pasalnya, kontur tanah akan menjadi sangat labil. Dan itu terbukti, dalam beberapa hari terakhir sejumlah lahan pertanian milik petani Suku Tengger Argosari akhirnya longsor.
Ismail Kades Argosari mengakui, masyarakatnya memang kurang menyadari dengan penerapan pola pertanian vertikal seperti itu sangat rawan longsor. “Warga saya kalau macul (mencangkul, red), rumput diteruh di pinggir jalan begitu saja. Dan ketika diguyur hujan, akhirnya lahan longsor,” terangnya.
Untuk penanganannya, ia sepakat jika pola pertanian dirubah menjadi sistem terasiring untuk menyelamatkan lahan dari potensi longsor. Namun, ia beralasan jika petani di Desanya tidak ada yang mengarahkan dan mengajariya. Terutama dari instansi terkait di Pemkab Lumajang.
“Kalau ada yang mengajari, petani kami pasti mau merubah pola pertanian menjadi terasiring. Petani itu kan apa adanya, wis pokoknya ada lahan, dicangkuli sendiri untuk ditanami. Nggak perlu mikir polanya seperti apa, yang penting tanaman bisa tumbuh baik dan bisa dipanen melimpah hasilnya. Kalau ada yang menginformasikan, mengajari caranya membuat pola pertanian dengan sistem terasiring, mereka pasti mau kok,” ujarnya. (her/dwi)
Teks Foto :
– Potret lahan pertanian milik petani Suku Tengger Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang yang mengunakan sistem vertikal, longsor ketika diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
Foto : Sentral FM.