Jumat, 22 November 2024

Isu Kontaminasi Dioksin, Khofifah Imbau Masyarakat Tak Cemas Konsumsi Telur Jatim

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur saat mengunjungi Kelompok Telur Intan di Kecamatan Tumpang, Malang, Minggu (17/11/2019). Foto: Istimewa

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengimbau masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir mengonsumsi telur yang diproduksi peternak ayam petelur Jatim. Karena, telur yang beredar di masyarakat adalah telur sehat dan diproduksi dengan menerapkan pola good farming practices.

Good farming practices sendiri adalah tata laksana peternakan yang meliputi segala aktivitas teknis dan higinis dalam hal pemeliharaan sehari-hari, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

“Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan sisanya 3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, diantaranya ditemukan di daerah Tropodo. Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun,” kata Khofifah usai mengunjungi Kelompok Telur Intan di Kecamatan Tumpang, Malang, Minggu (17/11/2019).

Khofifah mengungkapkan, imbauan ini disampaikan sehubungan dengan adanya rilis hasil penelitian jaringan kesehatan global (IPEN). Yang menyebutkan bahwa ayam buras/kampung yang dipelihara secara umbaran dan mencari makan di tumpukan plastik di daerah Tropodo, Sidoarjo, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah kedua sedunia.

Untuk memastikan peternakan rakyat sudah menerapkan good farming practices maka Khofifah didampingi Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Bupati Malang serta dekan fakultas peternakan Universitas Brawijaya melakukan kunjungan langsung ke daerah peternakan rakyat ayam petelur di Plumpang, Malang. Kunjungan tersebut difokuskan di peternakan milik H Kholik yang memiliki populasi sekitar 300 ribu ekor ayam, dengan produksi telur sekitar 14 ton/hari atau setara 210 ribu butir/hari. Dimana, di peternakan ini memiliki quality control sangat terjaga. Bahkan, telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A atau kualitas terbaik.

“Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang Grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat,” kata Khofifah.

Menurut Khofifah, pemeliharaan unggas dengan penerapan good farming practices terhadap 92,5 persen unggas penghasil telur di Jatim telah menggunakan pakan yang memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP). Terlebih lagi, produksi telur unggas di Jatim pada tahun 2018 mencapai 543,56 ribu Ton atau setara 8,2 milyar butir telur. Serta berkontribusi sebesar 29 persen terhadap nasional atau peringkat 1 nasional.

“Jatim telah surplus telur unggas mencapai 2,8 milyar butir telur, dan telah mampu mensuplai provinsi lain di Indonesia,” urai mantan Menteri Sosial ini.

Untuk menjamin kualitas dan mutu telur di Jatim, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan sertifikasi kompartemen bebas penyakit flu burung di seluruh breeding farm yang memproduksi bibit untuk ayam petelur dan pedaging final.

Selain itu, dengan melakukan uji yang dilanjutkan sertifikasi bebas penyakit Pullorum untuk induk ayam yang menghasilkan bibit ayam umur sehari yang akan diedarkan ke masyarakat. Serta, melakukan pengambilan dan pengujian sampel telur dan daging unggas oleh Laboratorium Kesehatan Hewan secara periodik.

Bagi para peternak ayam petelur, Khofifah juga berpesan, agar tidak perlu resah karena telur yang diproduksi adalah telur yang berkualitas, di bawah pengawasan Dinas Peternakan Provinsi maupun kabupaten/kota. Sehingga, akan tetap dibutuhkan oleh konsumen.

“Para peternak ayam telur jangan resah, karena telur yang dihasilkan berkualitas dan tidak mengandung racun. Oleh sebab itu, konsumen juga masih sangat membutuhkannya,” terangnya.

Gubernur perempuan pertama di Jatim ini meminta, bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara dilepas atau diumbar untuk segera beralih pemeliharaan unggas dengan skala bisnis dan dikandangkan.

“Bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara diumbar, harap segera beralih dengan mengkandangkan ayam peliharaannya. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin telur yang dihasilkan,” tuturnya.

Secara khusus untuk Pemkab Sidoarjo, pihaknya berharap agar segera melakukan koordinasi dengan camat, lurah dan kades setempat. Utamanya untuk melakukan pembinaan kepada peternak ayam petelur agar melakukan budidaya secara higienis.

“Saya harap Pemkab Sidoarjo segera koordinasi dengan seluruh jajarannya, agar bisa melakukan pembinaan untuk budidaya higenis. Hal ini penting, karena tugas pemerintah adalah memberikan solusi terbaik bagi masyarakat termasuk peternak,” kata Khofifah. (bid/tin/iss)

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs