5.221 mahasiswa baru (maba) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya secara resmi dikukuhkan menjadi bagian dari keluarga besar kampus perjuangan di Grha Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD, langsung memimpin upacara pengukuhan tersebut. “Tidak semua lulusan SMA bisa berkuliah di ITS, satu diantara perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Apa yang ada di depan mata hendaknya kalian syukuri dan dimanfaatkan dengan baik,” terang Joni.
ITS, lanjut Joni tidak hanya mencetak sarjana yang pintar, namun juga mendorong mereka menjadi manusia-manusia yang berakhlak dan berintegritas. “Kami ingin mencetak sarjana yang sadar menjadi agen bangsa, yang dapat mengantar Indonesia menjadi negara yang bermartabat,” katanya.
Joni menegaskan pesannya agar mahasiswa senantiasa memiliki cita-cita yang tinggi. “Karena dengan memiliki mimpi, manusia bisa memungkinkan sesuatu yang tidak mungkin,” kata Joni.
Pada kesempatan itu, Joni Hermana mewakili ITS mendeklarasikan diri menjadi World Class University (WCU), dan melengkapi deklarasi itu hadir Prof Dr Ir W Verstraete, promotornya kala studi di University of Ghent, Belgia.
Sebagai tanda pengukuhan maba, Joni secara simbolis memakaikan jas almamater kepada enam mahasiswa baru. Enam orang tersebut mewakili mahasiswa di tingkat diploma, sarjana, master, serta doktoral.
Hadir dalam upacara pengukuhan mahasiswa baru diantaranya Dr. Mohammad Farid Alfauzi Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, yang juga alumnus ITS dan berhasil berkiprah di dunia politik. Alumnus Jurusan Teknik Kimia itu didaulat memberi kuliah umum bagi para maba yang dikukuhkan.
Farid bercerita, masuk ITS bukanlah hal mudah. Membutuhkan banyak perjuangan. Sama halnya, keluar dari ITS pun butuh perjuangan. “Saya masuk ITS tahun 1988, lulus tahun 1996. Betul-betul butuh perjuangan,” tegas Farid diiringi tawa.
Setiap maba ITS, lanjut Farid merupakan mahasiswa-mahasiswa cerdas yang berhasil mengalahkan ribuan siswa lainnya. Namun, saat ini, persaingan yang akan mereka hadapi telah berubah. Setelah memasuki ITS, persaingan yang akan mereka hadapi tak lagi dengan saingan yang dulu. Melainkan pesaing antar negara.
Persaingan internasional saat ini merupakan hasil dari berbagai kerjasama internasional Indonesia dengan berbagai negara asing. Terdapat berbagai kerjasama tingkat Asean, Asia, maupun tingkat dunia. Inilah yang menjadi bibit bibit persaingan tingkat internasional, termasuk persaingan antar mahasiswa.
Diterangkan pria yang pernah menjabat sebagai ketua senat Fakultas Teknologi Industri (FTI) itu, agar siap bersaing secara global, setiap mahasiswa harus unggul dalam hardskill dan softskill. Pun demikian, mahasiswa ITS juga harus menjadi manusia yang berkinerja tinggi dan memiliki kecerdasan emosional.
“ITS merupakan tempat yang ideal mengembangkan ilmu dan softskill,” tegas Farid yang juga menekankan pentingnya pengembangan kepemimpinan bagi setiap mahasiswa ITS.
“Di manapun kalian berada, apapun yang kalian lakukan, kerjakanlah dengan baik dan jadilah pemimpin,” tegas Farid lagi.(tok/rst)