Sabtu, 23 November 2024

Teror Bom di Sumut, Buktikan Pengantin Bisa Muncul di Luar Jawa

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi

Neta Sanusi Pane Ketua presidium Indonesia Police Watch (IPW) mengatakan, aksi upaya bom bunuh diri di Gereja Santo Yosep di Medan, Sumatera Utara ‎membuktikan bahwa gerakan terorisme mulai melebar lagi dan kelompok radikal mulai memperluas pengaruhnya.

“Dari kasus Medan para teroris sepertinya ingin menunjukkan bahwa gerakan mereka tidak mati, tetapi malah bisa merekrut para “pengantin” dari luar Jawa,” ujar Neta di Jakarta, Senin (29/8/2016).

Dia mengatakan, Indonesia Police Watch (IPW) mencatat, selama ini sebagian besar pelaku bom bunuh diri atau “pengantin” berasal dari Jabar atau wilayah Jawa lainnya. Tapi kasus Medan menunjukkan bahwa “pengantin” dari luar Jabar pun bisa muncul menebar teror bom bunuh diri, meski gagal.

Untuk itu, kata Neta, Polri perlu mengusut tuntas kasus bom Medan ini agar bisa diungkap secara tuntas, kelompok mana yang sudah berhasil merekrut “pengantin” dari luar Jawa.

Sementara pelaku yang tertangkap perlu dijaga maksimal agar tetap hidup dan terhindari dari “serangan” orang lain maupun melakukan aksi bunuh diri di tahanan, untuk menutup jaringannya.

Neta bertanya-tanya, dari kasus bom Medan patut jadi pertanyaan juga, kenapa “serangan” terhadap stabilitas keamanan, sejak dua bulan terakhir atau sejak Tito Karnavian menjadi Kapolri, datang bertubi-tubi. Mulai dari kerusuhan Tanjung balai, Aceh, Tanah Karo, perusakan Polres Meranti, pembakaran polsek di Jambi dan Papua serta upaya bom bunuh diri di Medan. Apa yang terjadi sesungguhnya? Apakah untuk menjatuhkan citra Polri atau untuk menjatuhkan kredibilitas Tito sebagai Kapolri.

“Sepertinya intelijen Polri perlu bekerja keras untuk mengungkapkan, ada apa di balik semua ini,” kata dia.

BIN juga perlu maksimal membantu Polri agar jajaran intelijen tidak terus menerus dituding kecolongan. Selain itu, Polri perlu meningkatkan kewaspadaan dan bersikap tegas dalam menindak serta membersihkan kantong-kantong radikalisme yang berpotensi menjadi kelompok anarkis maupun kelompok terorisme di Indonesia. Sehingga gerakan aksi-aksi anarkis dan teror tidak terus menerus menjadikan Polri sebagai bulan bulanan.

Sekadar diketahui, teror bom dan diduga akan bunuh diri juga tersebut terjadi di gereja Santo Yosep Medan Sumatra Utara. Pemuda berinisial IAH (18 tahun) ditangkap karena melukai lengan kiri Pastor Albert S Pandingan.

Dua rekan IAH masih diburu dan bom rakitan yang sempat mereka bawa belum sempat meledak.

Beberapa saksi mata menceritakan kalau peristiwa berawal ketika Pastor Albert akan berkhotbah diatas mimbar. Tetapi tiba-tiba IAH menghampiri pastor tersebut membawa bom rakitan dan sebilah pisau. IAH berhasil diamankan meskipun sempat melukai pastor Albert.(faz/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs