Perbedaan hari pelaksanaan lebaran Idul Adha (lebaran haji) 10 Dzulhijjah 1437 Hijriyah antara Indonesia yang akan berlebaran pada hari Senin (12/9/2016) dan Arab Saudi pada Minggu (11/9/2016) disebabkan karena masyarakat masih menggunakan pola berfikir kalender syamsiah (berpatokan pada matahari), padahal penanggalan Idul Adha menggunakan kalender qomariyah (Bulan).
Hal ini dijelaskan oleh Dian Yuda Kepala Lapan Pasuruan melalui pesan singkatnya kepada suarasurabaya.net. Menurut dia, masyarakat perlu memahami dua sistem kalender yang biasa digunakan, yaitu syamsiah dan qomariyah. Hal ini, kata Dian Yuda, membuat adanya dua garis tanggal yang berbeda.
“Dua garis tanggal harus disepakati karena bumi kita bulat sehingga perlu pembatas pergantian hari,” ujar Dian Yuda.
Dia juga menjelaskan, penentuan garis tanggal syamsiah berdasarkan kesepakatan internasional. Sedangkan garis tanggal qomariyah memiliki dua definisi yang dipakai.
“Pertama berdasarkan visibilitas hilal (anak bulan atau bulan sabit) dan kedua berdasarkan syarat minimal bulan di horizon (garis lusur, biasa terlihat di pantai yang membelah antara air laut dan langit, tempat matahari terbenam) pada saat matahari terbenam. Di Indonesia cara kedua yang biasanya digunakan. Bila berdasarkan perhitungan garis tanggal tersebut, memisahkan Arab Saudi dengan Indonesia. Sehingga menyebabkan perayaan Idul Adha di Arab Saudi lebih dulu dari pada di Indonesia,” katanya
Sementara itu, Agus Mustofa, pemerhati hisab dan rukyat mengatakan pergantian hari pada sistem kalender syamsiah sudah jelas ditentukan oleh adanya kesepakatan Internasional dimana garis pergantian hari di kalender syamsiah ditentukan pada pukul 00.00.
Sedangkan untuk Qomariyah pergantian hari ditentukan oleh habisnya usia bulan yang ditandai saat waktu konjungsi atau ketika matahari, bulan dan bumi pada posisi sejajar. Saat waktu konjungsi ini biasanya juga ditandai dengan adanya gerhana. “Seperti hari ini kan ada gerhana cincin. Hari ini waktu konjungi di Indonesia terjadi pukul 16.03 WIB,” kata Agus Mustofa.
Sementara untuk menentukan pergantian bulan (kalender), yang digunakan adalah dengan cara melihat hilal (anak bulan), sesaat ketika matahari terbenam.
“Masalahnya, hilal itu di belahan bumi ini besarnya tidak terlihat sama. Hari ini di Indonesia hilal masih minus di bawah horizon (garis lusur, biasa terlihat di pantai yang membelah antara air laut dan langit, tempat matahari terbenam) sehingga awal kalender (tanggal muda) baru dimulai besok lusa (3/9/2016),” kata Agus. Sedangkan di Arab Saudi, sore ini (1/9/2016) hilal bisa dilihat karena pada saat matahari terbenam, hilal berada di atas horizon sehingga besok (2/9/2016) kalender sudah berganti masuk kalender baru.
Yang juga perlu dipahami kata Agus, usia bulan kalender qomariyah itu adalah 29,5 hari sehingga kalender qomariyah itu hanya mengenal penanggalan 29 hari dan 30 hari (beda dengan Syamsiah yang mengenal 28,29,30, dan 31).
“Jika hilal tidak terlihat maka kalender qomariyah digenapkan 30 hari, namun jika hilal terlihat maka penanggalan qomariyah jadi 29 hari. Ini yang membuat perbedaan mendasar antara qomariyah dan syamsiah,” kata dia.
Dengan perbedaan inipula, maka meskipun Idul Adha di Arab Saudi kelihatan lebih cepat sehari daripada Indonesia, namun sejatinya perayaan Idul Adha tetap saja sama karena untuk bulan kalender kali ini, awal pergantian kalender dimulai dari wilayah di barat Indonesia. “Jadi untuk kalender kali ini, Indonesia itu kancrit alias paling belakang terhitungnya. Jadi Arab Saudi dahulu terus bergeser ke barat dan akhirnya terakhir giliran Indonesia,” ujarnya (tit/fik)