Sabtu, 23 November 2024

ITS Surabaya Lantik 3 Guru Besar Baru

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ke 3 bakal guru besar ITS Surabaya yang bakal dilantik. Foto: Humas ITS Surabaya

Jumlah guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bertambah lagi tiga orang. Ketiganya adalah Prof Dr Ir Aulia Siti Aisjah MT, Prof Dr Ir Kuswandi DEA, dan Prof Ir Muhammad Sigit Darnawan MEngSc PhD yang akan dikukuhkan sebagai guru besar ITS ke-113, 114, dan 115 pada 7 September 2016 mendatang di Grha Sepuluh Nopember ITS.

Ketiga guru besar yang akan dilantik tersebut masing-masing berasal dari jurusan Teknik Fisika, Teknik Kimia dan D3 Teknik Sipil. Bahkan, Prof Aulia merupakan profesor perempuan pertama pada pendidikan teknik fisika di Indonesia.

Uniknya lagi, meski keilmuan teknik fisika selama ini banyak diterapkan di bidang industri, Aulia ternyata memilih untuk berkontribusi lebih dalam bidang pembangunan maritim di Indonesia.

“Saya menggeluti bidang pengendalian kelautan sejak 2004, sehingga hampir semua penelitian dan paper yang saya buat tentang kelautan,” jelas guru besar ke-2 di Jurusan Teknik Fisika ITS ini.

Tak heran, wanita asal Magetan ini merupakan lulusan S1 dari jurusan Teknik Fisika, S2 dari jurusan Teknik Elektro, dan kemudian meraih gelar doktor dari jurusan Teknik Kelautan. Ketiga jenjang tersebut kesemuanya ditempuh di ITS.

Saat ini, Aulia sedang fokus pada tiga penelitian yang dikembangkannya. Satu diantaranya adalah penelitian tentang Buoy Weather. Alat ini memungkinkan nelayan memperoleh informasi tentang cuaca laut secara real time melalui SMS.

“Selama ini sudah ada penelitian tapi berbasis aplikasi dan website, sehingga tidak semua nelayan bisa menggunakannya,” ujar Aulia yang saat ini menjabat Ketua Lembaga Penjamin Mutu, Pengelolaan dan Perlindungan Kekayaan Intelektual (LPMP2KI) ITS.

Sedangkan Prof Kuswandi yang diangkat sebagai profesor ke-14 di Jurusan Teknik Kimia ITS, dijadwalkan dalam orasi ilmiahnya, Kuswandi akan menyampaikan tentang Aplikasi Kesetimbangan Fase Dalam Berbagai Satuan Operasi Teknik Kimia.

“Saya mengembangkan penelitian ini selama tiga tahun sejak 1997 lalu, kala menempuh pendidikan S2 dan S3 di Prancis,” jelas pria kelahiran tahun 1958 ini. Menurut Kuswandi, penelitiannya merupakan metode baru untuk menyetimbangkan fase guna meningkatkan kemurnian zat.

Data yang diperoleh kemudian akan dianalisa untuk merancang alat yang dibutuhkan oleh dunia industri. Dibandingkan dengan metode lain, lanjut Kuswandi, metode hasil penelitiannya tersebut dapat meningkatkan kemurnian zat lebih tinggi. Metode ini kerap diaplikasikan di berbagai sektor industri. “Beberapa di antaranya adalah pada industri gas alam dan minyak astiri,” ujar pria asal Sumenep, Madura ini.

Sementara itu, Prof Muhammad Sigit akan dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu struktur beton. Dosen Jurusan Diploma Teknik Sipil ITS ini juga sedang disibukkan dengan penelitian mengenai masalah struktur beton bertulang di air laut. Ia pun menawarkan beton geopolimer sebagai solusi mengatasi masalah korosi beton di air lait.

Menurut pria yang akrab disapa Sigit ini, selama ini beton yang dibuat dari semen dengan proses hidrasi umumnya mudah retak sehingga mengakibatkan zat penyebab korosi lebih cepat masuk.

“Sedangkan beton geopolimer dibuat dengan proses polimerisasi menggunakan abu terbang (fly ash) yakni limbah industri pembangkit listrik,” tutur pria kelahiran Purworejo, 26 Juli 1963 ini.

Sayangnya, di Indonesia, abu terbang saat ini masih dikategorikan sebagai limbah. Sigit pun mengaku sedang berusaha untuk mengusulkan kepada pemerintah agar menghapus peraturan tersebut. Selain itu, Sigit juga sedang mengembangkan penelitian untuk mengatasi kendala waktu pengikatan abu terbang yang sebentar.

“Penelitian saya saat ini hanya bisa dilakukan dalam skala laboratorium dan belum bisa dibuat secara massal atau besar,” pungkas Sigit, Sabtu (3/9/2016).(tok)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs