Sabtu, 23 November 2024

Mahasiswa Ubaya Temukan Bioinsektisida Alternativ

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Penelitian yang dilakukan Derdy Janli secara rutin dan berkala hingga ditemukan Bioinsektisida alternatif. Foto: Totok suarasurabaya.net

Derdy Janli mahasiswa Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) temukan Bioninsektisida alternatif bermanfaat bagi dunia pertanian. Perlu dikembangkan lebih lanjut.

Melalu serangkaian penelitian yang dilakukan, akhirnya Derdy Janli mahasiswa Teknobiologi Ubaya berhasil menemukan Bioinsektisida alternatif.

Bioinsektisida tersebut berasal dari organisme Entomopatogen. Satu di antara organisme entomopatogen ini adalah Jamur. Dari penelitian Derdy terbukti bahwa Jamur atau Fungi Entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya.

Bioinsektisida ini mampu menjadi alternative pengganti insektisida sintetik yang biasa di pakai petani untuk mematikan hama tanaman atau serangga.

Awalnya Derdy menemukan literature yang menyebutkan bahwa insektisida sintetik (kimia) dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Mulai dari kerusakan pada konservasi lingkungan dengan terbunuhnya organisme yang bukan sasaran, resistensi dan resurgensi hama.

Yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, serta petani yang terpapar insektisida pada saat aplikasi, dan konsumen oleh residu yang terdapat pada hasil panen.

Dari latar belakang inilah Derdy kemudian mencoba mencari alternarif insektisida tanaman yang aman untuk lingkungan dan residu pada manusia.

“Muncul keinginan untuk meneliti apakah ada alternatif untuk menanggulangi masalah serangga sebagai hama pertanian atau perkebunan selain menggunakan insektisida sintetik,” kata Derdy.

Dan dari penelitiannya Derdy Janli kemudian menemukan satu di antara alternatif pengendalian hama insektisida sintetik dengan bioinsektisida dari jamur atau fungi tipe entomopatogen.

Jamur entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Kemudian inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga akan berkembang sehingga menyerang seluruh jaringan tubuh sehingga menyebabkan serangga mati.

Percobaan dengan mengambil sampel tanah yang ada di Kota Batu dilakukan Derdy sebanyak 300-400 gram kemudian diletakkan 10 Ulat Hongkong lalu dibiarkan selama 1-2 minggu.

Hasilnya ulat mati dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang mengering, ada yang tubuhnya dipenuhi jamur berwarna putih. Jamur yang ada pada kulit ulat yang mati tersebut kemudian diambil dan ditanam pada media selama 4 hari. Hasilnya muncul jamur yang berwarna ungu dan putih.

Jamur yang berwarna putih itulah yang disebut Jamur Entomopatogen. Kemudian jamur ini diambil racunnya dengan dilarutkan ke media cair dengan formulasi khusus sehingga didapat toksin yang berasal dari jamur entomopatogen. Cairan tersebut kemudian disemprotkan kembali kepada Ulat Hongkong dan hasilnya ulat tersebut mati.

“Toksin ini merupakan senyawa racun yang digunakan jamur untuk membunuh serangga dalam proses menginfeksi serangga, sehingga menggunakan toksin dari jamur ini merupakan alternatif potensial untuk membasmi serangga,” terang Derdy.

Sementara itu menurut Ida Bagus Made Artadana, S.Si., M.Sc., pembimbing penelitian Derdy bahwa penelitian ini berpeluang untuk dijadikan produk massal.

“Kedepan nanti, Derdy atau peneliti-peneliti lainnya perlu melakukan uji pada insekta yang spesifik lainnya. Ini sangat bermanfaat bagi kalangan petani, oleh karena itu perlu terus dikembangkan,” kata Ida Bagus Made Artadana saat berbincang dengan suarasurabaya.net, Selasa (6/9/2016).(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs