Joko Widodo Presiden menyatakan pentingnya menjaga kedamaian, kestabilan dan keamanan kawasan sebagai faktor yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu kawasan.
Jokowi menyampaikan pandangannya untuk menanggapi sambutan Park Geun-hye Presiden Republik Korea dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Republik Korea Ke-18, Rabu (7/9/2016) di National Convention Centre, Vientiane, Republik Demokrasi Rakyat Laos.
Mengingat kondisi di Semenanjung Korea yang saat ini dinilai sangat memprihatinkan, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya sikap toleransi, saling menghormati dan saling menghargai setiap negara.
“Saya menekankan pentingnya untuk menahan diri dan tidak melakukan provokasi. Saya menekankan agar Korea Utara menghormati semua resolusi Dewan Keamanan PBB terkait proses denuklirisasi di Semenanjung Korea,” kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga mengajak ASEAN dan Republik Korea untuk meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi berbasis kerakyatan yang bisa dinikmati langsung oleh rakyat.
Hal ini berdasarkan bukti yang menyatakan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di ASEAN dan Republik Korea telah berhasil menyerap tenaga kerja hampir 90% dan memberi kontribusi sekitar 50% GDP.
Namun, UMKM juga memerlukan daya saing yang tinggi sehingga bisa berkompetisi dengan produk-produk lainnya.
Oleh karena itu, ASEAN dan Republik Korea harus bekerja sama dan saling memberikan informasi yang dapat membawa dampak positif bagi UMKM.
Perlu didorong peningkatan akses terhadap Research and Development bagi UMKM dan peningkatan kerja sama pemerintah dan bisnis untuk mendorong kewirausahaan.
Sementara itu, kerja sama sosial budaya melalui people-to-people contacts juga mempengaruhi hubungan ekonomi di kawasan, sehingga menimbulkan sikap saling pengertian dan kontribusi antar ASEAN dan Republik Korea.
“People-to-people contacts merupakan kunci bagi penguatan kerja sama sosial budaya ASEAN-Repubik Korea,” kata Presiden.
Potensi itu mencapai sekitar USD 26 milyar di Republik Korea dan USD 50 milyar di ASEAN serta 7 juta orang melakukan saling kunjung pada tahun 2015. (jos/dwi)