Senin, 25 November 2024

Ribuan Hektar Lahan Budidaya Tembakau di Lumajang Puso

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan
Petani tembakau sedang merawat tanamannya. Foto: Antara.

Petani tembakau di Lumajang tahun ini mengalami musim terberat. Pasalnya fenomena Lanina atau kemarau basah dengan masih tingginya curah hujan, mengakibatkan tanaman rusak dan puso.

Suherman Kepala Bidang Kerjasama Usaha Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Senin (12/9/2016), mengatakan bahwa gagal panen pada lahan budidaya tembakau yaang terjadi karena faktor alam karena fenomena Lanina mencapai ribuan hektar.

“Waktunya musim tanam, hujan masih turun. Padahal, petani tembakau ada yang tengah melakukan ujicoba penanaman tembakau jenis Brigon dan Brongkol untuk kepentingan kemitraan dengan fabrikasi domestik dan impor. Kemitraan ini dengan CV Kerabat dan PT Kusuma dari Klaten, Jawa Tengah,” katanya.

Dimana petani diberikan bibit kedua jenis tembakau untuk kebutuhan domestik dan impor tersebut, guna dibudidayakan. Luasan lahannya mencapai 300 hektar lebih di beberapa wilayah Kecamatan.

Namun, ujicoba yang dilakukan dengan masa tanam bulan April dan Mei lalu, gagal total akibat masih turunnya hujan. Sehingga bibit tanaman tembakau yang disemai, meskipun sempat tumbuh bagus, akhirnya membusuk dan layu.

“Akibatnya, petani pun merugi besar. Perhektarnya petani bisa mengalmai kerugian hampir Rp. 10 juta. Itupun masih untung, karena petani tidak membeli bibit tembakau sendiri karena disuplai dari fabrikasi. Dan saat itu belum memasuki pengobatan. Kalau sudah pengobatan, tentu kerugiannya akan lebih besar lagi,” paparnya.

Padahal, masih menurutnya, kemitraan penanaman tembakau Brigon dan Brongkol itu sangat menjanjikan. Dimana, hasil panen petani dipastikan akan langsung dibeli kedua fabrikasi tersebut dengan harga minimal Rp. 50 ribu untuk daun basah.

“Kalau harga umum di pasaran Lumajang tidak sampai segitu. Harga itu sudah sangat menguntungkan petani. Jika saja tanaman tembakau petani bagus, maka mereka akan mendapatkan keuntungan besar. Pihak fabrikasi juga sampai turun ke Lumajang menemui petani untuk memastikan kondisi tersebut,” terangnya.

Meski tidak seluruh tanaman rusak, namun kemampuan produksi atau panen petani tembakau Lumajang tidak memenuhi target yang diharapkan mitra fabrikasi. Dimana, fabrikasi mentargetkan petani tembakau Lumajang bisa menyuplai kebutuhan minimal 20 ton tembakau jenis Brigon dan Brongkol. “Dengan kondisi seperti ini, hasil panen yang mampu disetor tidak sampai 5 ton,” ujarnya.

Di Lumajang, lanjut Suherman, masih ada potensi tanaman tembakau lainnya, yakni jenis Barley, Kasturi, Janiman dan tembakau lokal, seperti Rajang dan Mojosari. Lahan-lahan budidaya tembakau itu juga mengalmai kondisi yang sama. Rata-rata rusak dan gagal panen akibat cuaca yang dipengaruhi fenomena Lanina.

“Tanaman tembakau jenis lainnya juga gagal panen hampir semuanya. Contohnya, untuk tembakau jenis Barley yang bekerjasama dengan PT AUI untuk ekspor, mengalami puso. Kondisi itu menyebabkan petani tembakau saat ini benar-benar terpuruk,” tuturnya.

Agar tidak semakin merugi, Suherman mengungkapkan, petani tembakau akhirnya mengalihkan tanam komoditi lain. Diantaranya cabe, jagung, terong dan tomat. “Ini hanya tanamaan sementara saja sifatnya. Daripada lahan dibiarkan menganggur. Hanya saja, komoditi ini tidak lebih menguntungkan, daripada jika petani tetap membudidayakan tembakau,” demikian pungkas Suherman. (her/tok)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
26o
Kurs