Jumlah ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Lumajang merosot sejak empat bulan lalu, kata Agus Widarto Kepala Bidang Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Rabu (21/9/2016)
“Ini terjadi karena gelombang pasang yang terus-menerus terjadi di perairan selatan Lumajang,” katanya kepada Sentral FM di Kantor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang.
Dalam empat bulan terakhir, nelayan di pesisir wilayah Kecamatan Tempursari, tepatnya di Desa Bulurejo dan Tempurejo melaut rata-rata 10 hari saja perbulannya.
“Di wilayah Tempursari, gelombang pasang paling parah terjadi. Sehingga waktu melaut 600 orang nelayan di sana yang mengoperasikan 300 perahu tradisional dengan mesin tempel menjadi sangat terbatas,” ujarnya.
Sedangkan untuk nelayan di wilayah Dusun Dampar, Desa Bades, Kecamatan Pasirian dan di Dusun Meleman, Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun tidak terlalu terdampak oleh gelombang pasang.
“Sebagai perbandingan, dalam setahun selama 365 hari, biasanya nelayan melaut selama 220 hari. Itu maksimal pada situasi biasa. Sisanya yang 145 hari, nelayan tidak melaut karena faktor alam karena terjadi gelombang besar seperti ini. Dan itu merupakan kejadian biasa. Namun, tahun ini gelombang pasang memang relatif panjang sehingga berakibat terjadinya pengurangan produksi ikan laut 20 persen hingga 70 persen,” katanya.
Merosotnya target hasil tangkap ikan ini, diyakini bisa ditutup pada musim tangkap mulai Oktober hingga akhir tahun depan. Pasalnya, mulai Oktober akan terjadi panen raya ikan dan diperkirakan gelombang pasang sudah mereda. Dan musim panen raya ini akan berlangsung sampai Juli.
Pada saat panen raya ikan inilah, Kantor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang akan memacu nelayan untuk menutupi target hasil tangkap yang hilang sejak empat bulan lalu. Target produktivitas hasil tangkap ikan nelayan Lumajang setahun mencapai 4.000 ton.(her/iss)