Selasa, 11 Februari 2025

Menengok Sukses Koperasi Kareb

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Salah satu pekerja di Koperasi Kareb Bojonegoro memungut kotoran tembakau, Sabtu (3/9/2016). Foto : Taufik suarasurabaya.net

Siti Marwiyah, sibuk memungut kotoran yang keluar dari tungku berjalan pembersih tembakau. Mengambil kerikil, kertas maupun kotoran lain yang tercampur di tembakau rajangan adalah tugas wanita 41 tahun ini. Lima tahun bekerja di perusahaan milik Koperasi Karyawan Redrying Bojonegoro (Kareb), Siti baru enam bulan menempati tugas baru sebagai pemungut kotoran tembakau.

Setiap hari, Siti bekerja delapan jam mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Unit redrying (pengeringan kembali,red) tempat Siti bekerja, saat ini mempekerjakan 900 karyawan yang mayoritas merupakan pekerja bagian pengeringan dan pengepakan tembaku.

Sesuai namanya, unit redying yang dimiliki Koperasi Kareb ini memiliki tugas utama mengeringkan kembali tambakau guna menghilangkan kandungan air agar kering sempurna dan aroma tembakau merata. “Tembakau yang dikirimkan ke sini sebenarnya sudah kering, tapi belum sepurna sehingga perlu diratakan agar aromanya terjaga serta awet tidak busuk,” kata Siti, ketika berbincang dengan suarasurabaya.net, Sabtu (3/9/2016).

Bagi Siti, bekerja di unit redrying adalah sebuah kecukupan hidup. Tiap bulan dia mendapat gaji hingga Rp2,5 juta ditambah uang sundulan atau bonus sehingga total bisa mencapai Rp4 juta dan mampu menyejahterakan keluarganya yang hidup sederhana di pinggiran Kota Bojonegoro.

“Alhamdulillah sudah cukup untuk keluarga, jika ingin beli barang mahal seperti sepeda motor, tinggal pinjam di koperasi Kareb, bunganya ringan,” ujarnya. Siti memang bukan anggota Koperasi Kareb, namun dengan menjadi pekerja di perusahaan milik Koperasi Kareb, dengan sendirinya dia juga memiliki hak untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan koperasi mulai dari simpan pinjam hingga mendapatkan potongan harga.

Di Koperasi Kareb sendiri, unit redrying tempat Siti bekerja mampu menghasilkan 4.500 kilogram tembakau perjam dan merupakan unit terlama dan masih menjadi andalan koperasi yang berada di Jl. Jenderal Basuki Rahmat 07, Bojonegoro ini.

Unit redying bukanlah satu-satunya karena koperasi yang didirikan sejak tahun 1976 ini juga memiliki beberapa divisi lain diantaranya unit threshing atau pemisah daun, daging dan gagang tembakau; serta unit Sigaret Kretek Tangan (SKT) atau unit pelintingan rokok.

Sebanyak 1.800 pekerja dilibatkan dalam prosesing tembakau ini. “Untuk unit jasa SKT, kita kerjasama dengan PT HM Sampoerna, dalam pembuatan rokok dari tahapan giling, gunting, packing dan bandrol,” kata Sriyadi Purnomo, Direktur Utama Koperasi Kareb.

Dalam prosesing tembakau, koperasi ini juga menjalin kerjasama dengan lebih dari 10 perusahaan rokok, mulai dari Marcopolo, Sunni, Sukun, hingga Sampoerna. Bahkan mereka juga melakukan proses ekspor hinngga 200 kontainer tembakau rajangan pertahun ke beberapa negara diantaranya ke Polandia, Mesir, Amerika, serta ke beberapa negara di Eropa, Afrika dan Asia.

Berkah Penutupan BUMN

Berawal dari berdirinya Perum Pengeringan Tembakau Bojonegoro (PPTB), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 1 April 1971. Lima tahun kemudian Koperasi Kareb yang menaungi karyawan PPTB berdiri. Di awal pendirian, Koperasi Kareb hanya beranggotakan 76 karyawan.

Bergerak di bidang konsumsi sengaja mereka pilih pada awal pendirian karena melayani katering untuk ratusan karyawan di PPTB sudah bisa menghidupi dan menguntungkan bagi Koperasi Kareb. Selain itu, untuk memberikan kemudahan permodalan bagi anggotanya, Koperasi Kareb juga membuka unit simpan pinjam.

Dari dua unit usaha ini, Koperasi Kareb terus berkembang dan bahkan seiring dengan semakin tidak sehatnya keuangan Perum PPTB, Koperasi Kareb pada tahun 1980 malah membeli sebuah mesin pengering tembakau. Beberapa order pengeringan tembakau yang tak bisa digarap PPTB, lantas digarap sendiri oleh Koperasi Kareb.

Pada tahun 1980, Koperasi Kareb juga mulai mengembangkan unit usaha di bidang jasa angkutan, serta membuka unit usaha industri kecil lain dengan memanfaatkan masyarakat sekitar.

“Berkah bagi Koperasi Kareb ketika pemerintah menutup perusahaan yang dianggap tidak potensial sehingga PPTB saat itu ditutup dan langsung dibeli sendiri oleh Koperasi Kareb,” kata Sriyadi Purnomo.

Dengan pembelian ini, PPTB tak sampai mem-PHK karyawan karena seluruh aset perusahaan lantas dibeli oleh karyawannya sendiri melalui Koperasi Kareb.

Setelah mengelola sendiri induk usahanya, Koperasi Kareb memulai mengambil beberapa langkah besar diantaranya dengan melakukan joint venture dengan PT BAT Indonesia. Setelah cukup besar dan mendapatkan banyak pengalaman dari PT PAT, joint venture dengan PT BAT akhirnya dilepas sehingga saham perusahaan 100 persen kembali menjadi milik Koperasi Kareb.

Pengalaman bersama PT BAT dilanjutkan dengan bermitra bersama PT HM Sampoerna Tbk. Kerjasama yang berjalan sejak 1994 sehingga sekarang ini, telah mampu menyerap karyawan lebih dari 1.800 orang untuk unit usaha SKT dengan memegang produksi pelintingan rokok Sampoerna Hijau.

Berbagai langkah yang telah dilakukan, menjadikan Koperasi Kareb terus berkembang dan memiliki aset hingga Rp68 miliar dengan omset mencapai Rp117 miliar pada tahun 2015. “Setiap tahun baik aset dan omset naik terus. Tahun 2016 kita harapkan juga mengalami kenaikan,” kata Sriyadi Purnomo.

Koperasi Kareb kini menjadi teladan dan contoh bagi koperasi lain. Pasca mendapat predikat Koperasi Mandiri dari pemerintah tahun 1994, Koperasi Kareb berturut-turut meraih penghargaan dari pemda setempat, Pemprov Jawa Timur dan Pemerintah Pusat.

Penghargaan itu, meliputi zero accident (nihil kecelakaan kerja) berturut-turut selama 10 tahun mulai tahun 2005-2015. Selanjutnya pada 2012, memperoleh anugerah sebagai Koperasi Besar Indonesia, Indonesian Best of The Best 2012, Pajak Air Bawah Tanah 2013, Gold Winners SOC (Sampoerna Open Conventions) 2013, Platinum Indonesia 2014, Perusahaan yang telah melaksanakan dan menerapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, serta Mitra Pendukung Pameran Koperasi dan UMKM Expo 2016.

Koperasi Kareb bisa mendapatkan cukup banyak penghargaan, karena terbukti menjadi koperasi yang mandiri. Sesuai misi yang diembannya, Koperasi Kareb mampu meningkatkan kesejahteraan anggota dan karyawan, memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan atau mitra kerja dan membangun serta mengembangkan semua unit usaha dengan sistem manajemen efektif dan efisien.

Dengan semakin suksesnya Koperasi Kareb, pengelola kini tak sembarangan merekrut anggota baru. Jika koperasi biasanya berburu anggota, namun Koperasi Kareb menerapkan skema yang cukup ketat bagi anggota baru.

Hadi Prayitno, Ketua Pengurus Koperasi Kareb mengatakan, anggota Koperasi Kareb haruslah karyawan tetap di perusahaan milik Koperasi Kareb. “Harus karyawan tetap dulu dan telah mengabdi atau menjadi karyawan minimal 20 tahun. Jadi untuk pekerja kontrak atau musiman belum bisa jadi anggota Koperasi Kareb,” kata Hadi.

Menjadi anggota Koperasi Kareb memang cukup menggiurkan, meski simpanan wajib dan pokok yang harus dibayarkan anggota hanya Rp100 ribu perbulan, namun Sisa Hasil Usaha (SHU) tiap tahun yang dibagikan ke para anggota mencapai miliaran rupiah. Pada tahun 2015 misalnya, SHU yang dibagikan ke anggota mencapai Rp3,7 miliar.

Aset dan omset Koperasi Kareb juga terus bertambah. Jika pada tahun 2014 omset Koperasi Kareb mencapai Rp93 miliar, maka di tahun 2015 meningkat menjadi Rp117 miliar. Begitu juga aset perusahaan jika pada tahun 2014 senilai Rp56 miliar, maka pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp28 miliar dan telah memiliki dua pabrik seluas hampir 5 hektar.

Melawan Kehancuran Bisnis Tembakau

Munculnya wacana harga rokok Rp50 ribu per bungkus, mulai meresahkan industri rokok termasuk juga Koperasi Kareb. Apalagi, rancangan undang-undang pertembakauan yang diharapkan bisa membela petani dan industri rokok lokal hingga saat ini juga tak kunjung disahkan oleh DPR.

Kekawatiran inilah yang menjadikan Koperasi Kareb kini terus mengembangkan diri untuk memperluas cakupan usaha. Meski cukup menguntungkan, menggantungkan kehidupan perusahaan pada rokok dinilai akan terus mengalami naik turun. “Dulu ada kepres yang membatasi rokok, sekarang muncul wacana kenaikan harga rokok, tentu kalau kenaikan harga disepakati industri seperti kami akan bangkrut,” kata Sriyadi Purnomo, Direktur Utama Koperasi Kareb.

Padahal, jika industri rokok gulung tikar, bisa dipastikan ribuan masyarakat juga ikut terimbas. Sriyadi lantas mencontohkan mitra produksi sigaret (MPS) mitra Sampoerna yang saat ini jumlahnya mencapai 38 MPS. Jika satu MPS mempekerjakan 1.500 karyawan, maka akan ada ribuan karyawan yang terancam jika harga rokok jadi dinaikkan.

“Kalau rokok jadi naik, berapa pengangguran yang akan bertambah. Di Jawa Timur sendiri ada 21 MPS, berarti kita kurang lebih menampung 27.000-30.000 karyawan di situ, semua menggantungkan hidupnya mencari nafkah di sektor rokok,” ujar Sriyadi.

Belum lagi, jumlah petani tembakau dan cengkih dipastikan juga terimbas. Peritel kecil yang selama ini menggantungkan diri pada industri rokok juga akan ikut menanggungnya.

Ketidak stabilan bisnis rokok inipula yang menjadikan Koperasi Kareb kini juga terus mengembangkan unit usahanya. Diantara yang sedang dilakukan adalah merangkul koperasi dan UMKM lain yang ada di Bojonegoro. Mulai dari makanan ringan hingga sayur mayur non pestisida yang dikemas dan dimasukkan ke ritel-ritel koperasi dan toko-toko yang sudah kerjasama dengan koperasi Kareb di Bojonegoro dan Lamongan dilakukan.

Saat ini, koperasi Kareb sudah memiliki empat ritel di Bojonegoro dan satu di Pamekasan dengan omset masing-maring ritel sekitar Rp30 juta perbulan. Ke depan, Koperasi Kareb akan mengembangkan ritel di seluruh Kecamatan yang ada di Bojonegoro serta daerah di sekitar Bojonegoro. Pengembangan ritel ini sekaligus juga untuk mengantisipasi persaingan pasar. Sebab, ritel-ritel swasta di Bojonegoro kini berkembang subur.

Tak hanya ritel, unit transportasi juga sedang digarap diantaranya dengan menggandeng Koperasi Warga Semen Gresik sebagai angkutan utama Semen Indonesia. Kini Koperasi Kareb telah memiliki 23 kendaraan truk besar untuk menunjang unit transportasi ini.

Strategi Jimat Akik untuk Koperasi

Koperasi Kareb kini masih menjadi koperasi percontohan khususnya bagi warga Bojonegoro maupun Jawa Timur. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menularkan virus sukses Koperasi Kareb ke seluruh koperasi yang ada di Bojonegoro maupun Jawa Timur.

“Kita terus memfasilitas agar koperasi yang ada di Bojonegoro bisa bekerjasama dengan Koperasi Kareb. Beberapa koperasi yang memiliki unit usaha perdagangan umum juga telah kita bawa ke Koperasi Kareb agar mereka saling bersinergi,” kata Suharto, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bojonegoro.

Menurut Suharto, jumlah koperasi di Bojonegoro saat ini mencapai 1.200 koperasi dengan jumlah koperasi yang aktif mencapai 1.000 koperasi. Untuk koperasi yang kurang aktif, pemerintah juga terus mendorong agar anggota koperasi segera menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT) sehingga koperasi bisa segera memiliki arah yang jelas. “Koperasi juga kita dorong mendirikan UMKM atau menggandeng 65 ribu UMKM yang kini sudah berdiri di Bojonegoro,” ujar Suharto.

Tak hanya Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian Kabupaten Bojonegoro juga terus mendorong koperasi memiliki unit usaha sendiri. Selain Koperasi Kareb, di Bojonegoro kini juga mulai berdiri beberapa koperasi yang juga bisa memiliki produk yang siap ekspor.

“Di sini ada Koperasi Teh yang juga telah ekspor hingga ke Yordania dan Brunei Darussalam,” kata Basuki, Kepala Dinas Perindustrian Bojonegoro. Meski belum banyak, namun nilai ekspor non migas dari Bojonegoro pada tahun 2015 telah mencapai US26 juta dolar.

Sama dengan yang dilakukan pemerintah Bojonegoro, Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur juga terus berupaya menjadikan koperasi sebagai penopang utama dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dari catatan mereka, dari 30.866 koperasi yang ada di Jawa Timur, saat ini hanya 3.000 atau 24,6 persen yang mati atau tidak aktif.

“Masih ada 27 ribu atau sekitar 75 persen koperasi di Jatim sudah siap untuk jadi penopang MEA,” kata I Made Sukartha, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur.

Menurut Made, bagi koperasi yang tidak aktif, pihaknya terus melakukan pendampingan sehingga koperasi bisa bergeliat kembali untuk menyejahterakan anggota yang mayoritas adalah pelaku UMKM. Sedangkan bagi koperasi yang sudah maju, juga terus didorong agar memiliki inovasi dan mengembangkan diri.

Dengan majunya koperasi, maka pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diharapkan bisa terhindar dari ekonomi liberal yang bersifat kapitalistik. “Koperasi adalah tumpuan kita untuk menjaga perekonomian yang sesuai kultur bangsa,” kata Made.

Sementara itu, Mas Purnomo Hadi, Kepala Bidang Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur mengatakan, pemerintah saat ini terus menambah jumlah koperasi. Bahkan sejak tahun 2009-2011, Pemerintah Jawa Timur juga membantu pendirikan 8.506 koperasi wanita di seluruh desa dan kelurahan.

“Tiap desa saat itu diberikan bantuan Rp25 juta. Bahkan saat ini ada di antara koperasi yang sudah memiliki aset lebih dari Rp1 miliar,” kata Mas Purnomo.

Meski mayoritas koperasi saat ini mulai berkembang, namun mereka tetap dilakukan pendampingan guna meningkatkan kualitas produk sehingga bisa bersaing di era MEA.

“Selain membentengi diri dari gempuran MEA, saat ini ada beberapa koperasi bahkan sudah ekspor dan mereka kini terus mengembangkan diri untuk meluaskan pasar,” kata dia.

Mayoritas koperasi yang sudah siap ekspor kebanyakan adalah sektor peternakan, susu, makanan dan minuman, kerajinan serta kain dan baju. Untuk makanan ini, bahkan Koperasi di Kota Batu saat ini sudah bisa mengekspor makanan jenis rempeyek ke Hongkong dan Malaysia.

“Kami juga dorong mereka dengan slogan Jimat AKIK. AKIK ini artinya mereka harus Aktif, Kreatif, Inovatif dan Koordinatif,” ujarnya. Aktif yang dimaksud adalah bagaimana koperasi bisa menjemput bola sehingga mampu memasarkan produk para anggotanya.

Sedangkan kreatif, bagaimana koperasi bisa mendorong anggota untuk lebih giat membaca peluang pasar. Begitu juga inovatif juga harus dilakukan sehingga produk mereka mampu bersaing dengan gempuran produk UMKM dari negara ASEAN.

Sedangkan fungsi koordinasi juga harus dilakukan dengan pemerintah sehingga koperasi bisa selalu terpantau dan mendapatkan membekalan.

Standarisasi produk saat ini juga telah dilakukan Dinas Koperasi dengan menggandeng lima pakar dari perguruan tinggi dan pelaku usaha. Dengan standarisasi ini produk dari anggota koperasi bisa terstandar dengan baik sehingga dengan mudah bisa bersaing dengan produk dari negara lain.

Berbagai promosi dagang juga dilakukan. Bahkan, untuk menjemput bola agar barang-barang dari luar tak sampai masuk ke provinsi lain di Indonesia, Jawa Timur juga menjalin kerjasama dengan beberapa provinsi diantaranya Jawa Barat, Gorontalo, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, serta beberapa provinsi lainnya.

Kerjasama dengan provinsi lain ini salah satunya dilakukan dengan saling tukar produk. Jawa Timur misalnya mengambil bahan dari Kalimantan, sedangkan produk asal Jawa Timur dijual ke Kalimantan.

Sementara khusus menghadapi MEA, Dinas Koperasi saat ini juga telah mendirikan koperasi khusus pedagang ritel. Koperasi ini juga yang bergerak untuk memesan mesin-mesin packaging yang modern. “Satu mesin untuk melayani banyak UMKM, sehingga mereka tidak terbebani dan produknya bisa lebih murah dengan packaging yang bagus,” kata Mas Purnomo.

Yang pasti, kalaupun belum bisa ekspor, namun Dinas Koperasi saat ini sudah membekali sistem tiga roda bagi seluruh koperasi yang ada di Jawa Timur. Sistem tiga roda ini adalah sebuah sistem yang bertumpu pada produksi, pasar dan pembiayaan dari anggota.

Sistem ini bagaimana koperasi memanfaatkan anggotanya untuk membeli produk hasil koperasi, yang lantas hasil pembelian ini untuk kelangsungan hidup koperasi. “Mereka juga bisa memanfaatkan unit simpan pinjam di koperasi itu. Jadi berputar dan koperasi jalan begitu pula anggotanya ikut sejahtera,” kata dia.

Jalan Lusur Koperasi

Benar yang dikatakan Bung Hatta, Bapak Proklamator Bangsa bahwa usaha bersama atas azas kekeluargaan adalah model ekonomi yang paling cocok diterapkan di negeri ini. Dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, Hatta jawaban ketimpangan ekonomi harus dilawan dengan gotong-royong ala koperasi. Dengan koperasi yang kuat, maka setiap anggota bisa bekerja secara wajar serta mampu memenuhi kebutuhannya.

Berbeda dengan sistem kapitalisme, ekonomi gotong-royong adalah sistem yang tidak menumpuk kekayaan kepada perseorangan. Tetapi, yang lebih penting, pembagian kekayaan secara merata.

Koperasi merupakan bentuk konkret sistem ekonomi gotong-royong tersebut. Yang dituntut dalam koperasi itu pemerataan kerja dan pembagian hasil, sehinga tak ada lagi ketimpangan. Namun, Bung Hatta menyadari, koperasi merupakan langkah jangka panjang ekonomi. Hasilnya tidak bisa serta-merta dirasakan.

Bagong Suyanto, Dosen FISIP Universitas Airlangga yang beberapa waktu lalu sempat menjadi ahli dalam sidang pengujian Undang-undang nomor 17 tahun 2012 tentang perkoperasian di Mahkamah konstitusi mengatakan, koperasi merupakan sistem perekonomian yang tak pernah lekang oleh zaman.

“Koperasi memang jalan lurus untuk perekonomian bangsa. Pada era MEA, Koperasi menjadi salah satu badan usaha yang mampu terus bersaing,” kata Bagong Suyanto. Dengan kepengurusan yang melibatkan banyak orang, maka koperasi dengan sendirinya merupakan lembaga yang mampu menerapkan sistem yang siap berkompetisi.

Menurut dia, banyak kajian yang membuktikan usaha yang mampu bertahan adalah usaha yang tidak terlalu menggantungkan semata pada figur tertentu. Tetapi, usaha itu akan lebih hidup dan mampu bertahan, bahkan berkembang jika didukung dengan sistem yang baik dan dilakukan secara gotong royong.

Dengan adanya undang-undang tentang perkoperasian, saat ini koperasi juga bisa sejajar dengan perusahaan karena telah memiliki payung hukum yang jelas. “Badan hukum sebagai pilihan koperasi agar sejajar dengan perseroan terbatas sebagai mitranya. Kesetaraan ini dalam praktiknya bisa memperkuat kepercayaan diri koperasi di hadapan mitranya,” kata Bagong.

Bukti kejayaan koperasi kini telah dirasakan oleh ribuan karyawan Koperasi Kareb. Dengan berkoperasi, mereka bisa mengunduh nikmatnya pencapaian hidup, buah dari gotong royong yang selama ini mereka lakukan. (fik)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Selasa, 11 Februari 2025
28o
Kurs