Setelah lama ditunggu-tunggu kepastian maju atau tidak dalam pemilihan Ketua Umum (Ketum) Golkar di Musyawarah Nasional (Munas), Bambang Soesatyo (Bamsoet) akhirnya menyatakan diri maju dalam kontestasi tersebut.
Bamsoet menyatakan maju karena mempertimbangkan aspirasi, dukungan dan desakan yang sangat kuat dari organisasi yang membesarkannya. Organisasi tersebut seperti Pemuda Pancasila, FKPPI,SOKSI dan aspirasi daerah dari tingkat Desa, Kabupaten, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat, baik yang memiliki hak suara ataupun tidak, baik vertikal dan horizontal.
“Didasari kecintaan saya terhadap partai Golkar dengan mengucap Bismillah, Saya Bambang Soesatyo menyatakan siap menjalankan perintah untuk mengikuti kontestasi Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar periode 2019-2024,” ujar Bamsoet dalam keterangan pers di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta,Jumat (22/11/2019).
Bamsoet mengaku baru sekarang menyatakan maju dalam kontestasi Ketum Golkar di Munas, karena sebelumnya masih menghitung kalkulasi politiknya.
“Kemarin saya belum menyatakan untuk maju atau tidak karena saya harus melakukan kalkulasi politik, saya harus berkeliling dulu ke stakeholder yang lain apakah saya ada manfaat untuk maju, apakah saya diharapkan untuk maju, apakah saya diharapkan bisa memperbaiki Partai Golkar,” jelasnya.
Dari kalkulasi politik itu, kata dia, ternyata hasilnya cukup kuat atau lebih setengah hak suara sudah menyatakan dukungannya.
“Dan semua menyampaikan kekuatan kita cukup kuat, lebih dari setengah kita sudah mendapat dukungan. Dan daerah maupun para pendiri Partai Golkar yakin supaya saya bisa memimpin partai ini ke depan,” tegasnya.
Apa yang dia lakukan sekarang adalah puncak dari semua kalkulasi politik, sehingga berani menyatakan maju, bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan partai dan penyelamatan partai.
Soal posisinya sebagai Ketua MPR yang kemungkinan bisa terancam karena nekat maju, Bamsoet dengan tenang menyatakan, posisinya sebagai Ketua MPR adalah amanah rakyat, bukan hadiah.
“Ketua MPR adalah amanah bukan hadiah. Di Partai Golkar ada aturan dan tahapan-tahapannya, bukan melalui surat yang tidak dilegalisir maupun pakai notaris untuk dukungan. kalau kita merasa kuat kenapa kita mesti takut menjalankan demokrasi yang betul-betul terbuka bagi organisasi. Jadi voting adalah jalan terakhir dan ada tahapan-tahapannya,” kata Bamsoet.
Sejauh ini, kata Bamsoet para pendukungnya belum semua berani terbuka karena posisinya bisa terancam, bahkan sudah ada yang menjadi korban yakni jabatannya dicopot.
“Mereka tidak berani menyatakan terbuka karena berbagai ancaman dan intimidasi yang dilakukan dan sudah ada korbannya. Saya tidak ingin mengulangi lagi jumlah korban hanya karena mendukung saya. Yang terpenting bagi saya adalah nanti suara itu ditunjukkan di bilik suara sehingga mereka bisa selamat karena mereka juga memiliki kepentingan yang tadinya sudah digadang-gadang dan memiliki persyaratan untuk menjadi pimpinan di daerahnya masing-masing tiba-tiba dicoret digantikan orang lain ada yang SK sudah keluar tapi karena tercium mendukung saya diganti dan dicoret,” pungkas Bamsoet.
Sekadar diketahui, Munas Partai Golkar yang akan melakukan pemilihan Ketua Umum, rencananya akan digelar tanggal 3-6 Desember 2019. Pemilik suara sah yang akan terlibat dalam Munas tersebut maasing-masing 34 pengurus DPD I, 514 pengurus DPD II, 1 suara dari DPP, 1 suara Dewan Pembina dan 10 Ormas sayap Golkar.(faz/tin/ipg)