Sabtu, 23 November 2024

Presiden Minta Peneliti Muda Indonesia di Korea Selatan Membangun Tanah Air

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Joko Widodo Presiden bertemu sejumlah peneliti dan ilmuwan Indonesia yang berkarier di Korea Selatan, Senin (25/11/2019). Foto: Biro Pers Setpres

Joko Widodo Presiden, Senin (25/11/2019), bertemu dengan sejumlah peneliti dan ilmuwan asal Indonesia yang berada di Korea Selatan.

Dalam pertemuan yang digelar di Hotel Lotte, Busan, Jokowi berpesan, supaya para ilmuwan tidak lupa untuk kembali dan membangun Tanah Air.

“Sekarang di sini dulu enggak apa-apa, melihat, mengamati, kemudian pada titik tertentu memang nantinya semuanya harus kembali membangun negara kita,” kata Presiden.

Kemudian, para ilmuwan menyampaikan berbagai gagasan terkait riset dan inovasi kepada Presiden. Gagasan tersebut berjudul “Korea Selatan sebagai Inspirasi Percepatan Kemajuan Riset dan Inovasi di Indonesia dan Strategi Riset dan Inovasi Menuju Indonesia Emas 2045.

Gregorius Rionugroho Harvianto salah seorang ilmuwan yang hadir mengatakan, gagasan-gagasan tersebut bersumber dari pengalaman ia dan rekan-rekannya selama menjalani riset di Korea Selatan.

Rio, sapaan akrabnya, hadir bersama 21 orang peneliti dan ilmuwan lainnya yang memiliki beragam latar belakang pendidikan, mulai dari teknik kimia, arsitektur, sistem informasi, mitigasi bencana, hingga kesehatan.

“Gagasan bagaimana menggunakan anggaran riset lebih efektif dan efisien untuk strategi riset inovasi kami. Jadi kami melihat ini sebuah visi jangka panjang, bukan cuma lima tahun ke depan,” kata Rio.

Ada tiga gagasan yang disampaikan Rio di hadapan Jokowi. Pertama, usulan pembentukan Universitas Riset Indonesia. Di Korea Selatan, kata Rio, ada University of Science & Technology (UST) yang berfokus merekrut lulusan S-1 untuk kemudian ditempatkan di lembaga-lembaga riset.

“Indonesia butuh Universitas Riset Indonesia karena perlu menambah jumlah peneliti Indonesia dalam waktu relatif singkat. UST menghasilkan lulusan dengan impact factor yang besar, tiap lulusan menghasilkan dua paten dan dua paper. Dana LPDP cukup banyak, justru lebih baik dananya diputar di dalam negeri, untuk riset di dalam negerinya dibandingkan ke luar negeri,” jelas Rio.

Selain itu, dia juga mengusulkan perlunya percepatan riset dan inovasi di industri, bukan hanya di lingkungan kampus. Ketiga, ia mengusulkan revolusi konsep triple helix untuk sumber daya manusia Indonesia yang unggul.

Presiden pun menanggapi usulan-usulan tersebut dengan baik. Menurutnya, apa yang disampaikan para peneliti tersebut merupakan masukan segar yang bisa menginspirasi pemerintah dalam mengembangkan rumah besar riset Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional.

“Ini memang baru awal karena memang mimpi kita semua yang namanya balai penelitian, lembaga-lembaga penelitian dan riset kita, semuanya masuk ke dalam rumah besar itu. Karena sekarang kan berdiri sendiri-sendiri,” kata Presiden.

Walau pun anggaran riset Indonesia belum sebanyak Korea Selatan yang mencapai 4,62 persen dari GDP-nya, tapi menurut Kepala Negara, anggaran riset Indonesia sudah banyak secara nominal. Anggaran tersebut tersebar di beberapa kementerian dan lembaga.

“Saya lihat kementerian ada Rp800 miliar, ada Rp700 miliar, setelah saya gabungkan semuanya angkanya itu Rp26 triliun. Menurut saya itu angka gede banget, meskipun belum segede 4,62 persen dari GDP,” jelasnya.

“Tapi kalau yang Rp26 triliun ini sudah benar, jalannya sudah benar, hasilnya juga ada, yang saya tagih hasilnya. Kalau sudah bagus, dan betul-betul bermanfaat untuk rakyat, untuk industri, untuk desa, untuk petani, nelayan, ya baru namanya berhasil,” pungkasnya.(rid/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs