Sabtu, 23 November 2024

Museum Pendidikan, Jangan Sekadar Pamer Benda Mati Butuh Program Jelas

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara sudut Museum Pendidikan menampilkan sejumlah peralatan sekolah. Foto: Totok suarasurabaya.net

Keberadaan Museum Pendidikan, memang dibutuhkan masyarakat. Tetapi sebaiknya tidak sekadar berisi koleksi benda-benda bersejarah atau benda mati semata. Dibutuhkan program-program atau aktivitas yang jelas demi mendukung keberadaan museum itu sendiri.

“Sebagai warga kota Surabaya, tentunya kehadiran Museum Pendidikan memang membanggakan. Paling tidak ada destinasi wisata edukatif baru di Kota Surabaya. Ini juga sebuah bukti bahwa Surabaya dan Indonesia pada umumnya punya bukti tentang pendidikan yang jelas,” ujar Hayuning Purnawa Dewi Humas Universitas Surabaya.

Oleh karenanya, lanjut Hayuning, adalah kewajiban bagi masyarakat khususnya Kota Surabaya untuk ikut serta hadir dan merawat keberadaan koleksi-koleksi atau benda-benda sejarah yang menjadi koleksi museum.

Berbeda dengan Hayuning, keberadaan Museum Pendidikan di mata Agus ‘Kucink’ Soekamto Dosen sekaligus perupa yang juga beberapa kali mengisi sejumlah museum khususnya di Rouen, Prancis, bahwa yang tak kalah penting adalah program-program berkelanjutan di dalam museum itu.

“Benda-benda mati di dalamnya atau visual-visual sejarah tetap dibutuhkan. Tetapi program-program dalam rangka menghidupkan museum juga sangat penting diperhatikan. Misalnya kegiatan-kegiatan diskusi, pameran karya, juga wajib ada agar museum tidak membosankan,” kata Agus.

Ke depan nanti, lanjut Agus, penggunaan bangunan kuno sebagai museum sejatinya sudah memberikan identifikasi sebagai ruang representatif sarana edukasi. “Jika kemudian ditambah program-program yang menarik, museum akan menjadi lebih hidup,” tegas Agus.

Sementara Heri ‘Lentho’ Prasetyo Koreografer dan inisiator kegiatan seni budaya di Jawa Timur dan Surabaya, mengingatkan bahwa yang terpenting dari keberadaan museum adalah bagaimana menghidupkannya.

“Isinya tentu saja benda-benda mati. Jadi tugas pengelola museum untuk membuat hidup, penuh aktivitas, yang menjadikan museum tidak berhenti sekadar sebagai tempat memajang benda-benda mati, bersejarah atau benda masa lalu,” papar Heri Lentho.

Sesekali, tambah Heri Lentho digelar kegiatan-kegiatan yang juga mengedukasi masyarakat, misalnya diskusi seni dan budaya kontemporer, yang notabene juga dibutuhkan masyarakat atau generasi milenial.

“Karena museum bukan sekadar menampilkan sejarah masa lalu saja. Museum juga memberikan ruang bagi ide-ide atau penciptaan-penciptaan bagi masa depan. Ini juga penting digelar, sebagai bagian program museum,” pungkas Heri Lentho, Selasa (26/11/2019).

Museum Pendidikan, diresmikan Senin (25/11/2019) bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional, memiliki lebih dari 500 koleksi benda sejarah tentang pendidikan di Indonesia. Sejumlah benda tersebut ditata sedemikian rupa agar memberikan informasi kepada masyarakat terkait sejarah dan perjalanan pendidikan di Surabaya dan di Indonesia.(tok/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs