Jumat, 22 November 2024

Ada Tiga Titik Krusial Bagi Indonesia Terkait Pemilihan Presiden AS

Laporan oleh Tito Adam Primadani
Bagikan
Ilustrasi. Foto : hypeorlando.com

Djoko Susanto Pengamat Politik Internasional Unair Surabaya mengatakan, ada tiga titik krusial yang menjadi perhatian terkait hubungan Indonesia dengan Amerika. Tiga hal itu merupakan, kebijakan ekonomi, Situasi di China Selatan dan Asia, termasuk isu humanis yang berkembang saat ini.

“Dalam kebijakan ekonomi, bila Hillary yang terpilih kita masih berharap adanya keberlangsungan hubungan ekonomi dengan pasar AS, yang relatif terbuka. Meskipun ada perbedaan antara Hillary Clinton dengan Barrack Obama.” kata Djoko kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (9/11/2016).

Sementara itu, kata Djoko, apabila Trump yang terpilih menjadi Presiden, dia akan menerapkan kebijakan isolasi. Menurut Djoko, Trump mengharapkan Amerika untuk cuti mengurusi dunia demi kemaslahatan AS.

“Namun mungkin yang bisa diharapkan adalah keinginan Trump untuk mendapatkan keuntungan tidak harus melalui proses jangka panjang, bahkan jangka pendek juga harus mendapatkan keuntungan. Selain itu, eksportir Indonesia harus bersiap-siap apabila pasar AS lebih rewel bila Trump yang menjadi Presiden. Sedangkan Hillary tidak jauh berbeda dengan pemerintah yang sekarang,” kata Djoko.

Terkait isu di China Selatan dan Asia, menurut Djoko, juga menjadi perhatian karena pemerintah sekarang tidak lagi berpatokan pada timur tengah dan bergeser ke wilayah Asia. Untuk itu, kata Djoko, Hillary mungkin akan meneruskan kebijakan luar negeri Obama. Ini akan menguntungkan negara-negara di Asia dan mendapatkan perhatian dari salah satu kekuatan ekonomi dunia.

“Hal ini juga menjadi garansi, AS tidak akan tinggal diam kalau China mengancam negara tetangga. Mengingat Hillary Clinton pernah menjadi Menlu AS di masa pemerintahan Obama,” katanya.

Sedangkan apabila Trump yang terpilih, kata Djoko, maka kebijakan internasionalnya akan sulit ditebak. Karena Trump tidak cukup jelas, karena Trump mengkritik Obama yang menganut kebijakan melayani negara luar. Hal itu karena bagi Trump, Amerika yang harus didahulukan.

Selain itu, Trump yang dekat dengan pengusaha Rusia juga kemungkinan akan mempengaruhi hubungan AS-Rusia, termasuk kemungkinan AS akan bergerak dengan cara-cara Rusia.

“Trump akan lebih mengutamakan mengurusi dalam negerinya sendiri, sedangkan Hillary lebih menghargai hubungan yang sudah terjalin sebelumnya. Selain itu, Trump sifatnya lebih transaksional karena dia lebih berpengalaman dalam negosiasi bisnis. Ketidakpastian politik juga akan terjadi kalau Trump yang menjadi Presiden. Tidak hanya terhadap musuh AS saja tetapi juga negara kawan, apakah kita masih penting di mata AS atau tidak,” ujarnya.

Djoko juga mengatakan, isu humanis lainnya menyangkut Islam dan imigrasi juga menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini tidak terlepas dari pernyataan Trump yang mengatakan, islam harus bertanggungjawab secara kolektif terhadap muculnya tindakan anarkis yang merugikan AS.

“Hal ini akan sama seperti memanggil musuh-musuh baru karena menganggap Amerika berpandang seperti itu,” kata Djoko.

Selain itu, menurut Djoko, apabila Trump terpilih nantinya maka keimigrasian di AS akan agak rumit untuk masuk ke sana. “Walaupun ini agak aneh, karena AS dibentuk oleh imigrasi, seluruh masyarakat AS adalah imigran. Sebelumnya ada masyarakat asli Amerika yaitu Indian. Ini tidak sesuai dengan kultur dasar di sana,” katanya. (tit/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs