Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah sebesar 194 poin menjadi Rp13.325, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.131 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah melanjutkan depresiasi terhadap dolar AS seiring dengan aksi hindar risiko oleh investor terhadap aset di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata Rully Nova pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, di Jakarta, seperti dilansir Antara.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga cenderung mengalihkan aset-asetnya dari mata uang ke logam mulia atau emas untuk menjaga nilai agar tidak tertekan terlalu dalam.
“Investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk emas, emas dinilai sebagai aset yang aman,” katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang masih dalam tekanan turut memberi pengaruh negatif bagi mata uang komoditas. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (11/11) sore ini berada di posisi 44,29 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 45,65 dolar AS per barel.
Sementara itu, Kepala Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa Bank Indonesia diharapkan segera melakukan intervensi di pasar mata uang dan pasar surat utang.
“BI bisa masuk ke obligasi untuk meng-counter potensi asing yang jual,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.350 dibandingkan Kamis (10/11) Rp13.118. (ant/ipg)