Sebuah kapal bercat putih dengan tiang layar berwarna kuning bersandar dengan megah di Markas Komando Armada II, di Dermaga Ujung, Kota Surabaya pada Kamis (28/11/2019). Diluncurkan pada 12 September 2017, KRI Bima Suci resmi menggantikan kapal legendaris KRI Dewaruci, yang sejak tahun 1953 memperkuat jajaran TNI Angkatan Laut (AL).
KRI Bima Suci memiliki peran yang tidak jauh berbeda dengan KRI Dewaruci, yakni menjadi kapal latih bagi taruna-taruni Akademi Angkatan Laut (AAL). Namun, yang paling terlihat jelas perbedaannya, tentu ukurannya. Kapal bertipe Barque ini memiliki panjang 111,2 meter, lebar 13,65 meter dan berat 2.345 ton. Selain itu, KRI Bima Suci memiliki kecepatan mesin 12 knots dan kecepatan layar 15 knots.
Kru Suara Surabaya Media saat akan menaiki KRI Bima Suci dalam Kunjungan Profesional pada Kamis (28/11/2019). Foto: Totok suarasurabaya.net
Tidak heran jika KRI Bima Suci disebut-sebut sebagai kapal yang memiliki ukuran hampir dua kali lebih besar dan megah. Pasalnya, KRI Dewaruci pendahulunya, bertipe Barquentine yang memiliki panjang 58,3 meter, lebar 9,5 meter, dan berat benaman 847 ton. Kecepatannya pun 10,5 knot dengan mesin dan 9 knot dengan layar.
Letkol Laut (P) Waluyo Komandan KRI Bima Suci mengatakan, satu armada KRI Bima Suci mampu membawa satu angkatan taruna sekaligus dalam sekali berlayar.
“Kemarin membawa taruna (Akademi AL) satu angkatan sudah cukup untuk sarana pelatihan. Satu angkatan yang saya bawa kemarin 103 orang, termasuk taruna, korp, teknik, pelaut, elektro hingga marinir,” katanya.
Miniatur KRI Bima Suci. Foto: Iping suarasurabaya.net
Berdasarkan data yang diperoleh suarasurabaya.net, dalam satu kali berlayar, kapal ini pernah menampung hingga 203 orang, di antaranya 1 penumpang VVIP, 66 kru, 16 pelatih dan 120 taruna.
Fasilitas Komplit
Tidak hanya ukurannya yang lebih besar, KRI Bima Suci juga menyediakan fasilitas yang lebih lengkap, canggih, dan mewah. Beberapa fasilitas di antaranya ruang kelas dengan sistem multimedia, ruang resepsi, Saloon Komandan, ruang kesehatan, anjungan latih dan ruang VIP/VVIP.
Ruang VIP dan VVIP biasa digunakan untuk menjamu tamu penting dan pejabat tinggi. Di dalam ruangan tersebut terdapat sofa dan kursi dengan beragam makanan kecil dan minuman. Di sana juga terdapat bar kecil di mana tamu bisa mengambil langsung makanan dan minuman yang diinginkan.
Ruangan VIP di KRI Bima Suci. Foto: Totok suarasurabaya.net
Bar yang ada di dalam KRI Bima Suci. Foto: Tina suarasurabaya.net
Selain itu, kapal terdapat beberapa ruang tidur bagi taruna-taruni. Satu kamar berisi kasur yang tersusun bertingkat tiga, beserta lemari yang ada didalamnya. Antara kamar taruna dan taruni dibuat terpisah. Dari lorong masuk, kamar taruna tertelak di sebelah kiri, dan kamar taruni di sebelah kanan. Kamar- kamar tersebut dapat menampung total 120 orang.
Kamar tidur para taruna AAL. Foto: Hamim suarasurabaya.net
KRI Bima Suci juga menyediakan ruang kesehatan, yang dilengkapi fasilitas lengkap. Beberapa petugas kesehatan juga stand by di dalam kapal jika ada taruna atau kru yang jatuh sakit.
Ruang Kesehatan di dalam KRI Bima Suci. Foto: Hamim suarasurabaya.net
Meski di dalam kapal, namun ruang kelas taruna-taruni sudah dilengkapi dengan peralatan multimedia yang canggih. Sehingga mereka tidak hanya belajar lewat buku, namun juga peralatan digital.
Ruang belajar para Taruna AAL. Foto: Hamim suarasurabaya.net
Keistimewaan KRI Bima Suci terletak pada instrumen navigasi pelayarannya yang biasanya digunakan oleh taruna, salah satunya untuk belajar tentang astronomi. Belum lagi instrumen pemurnian air laut menjadi air tawar, dan alat komunikasi serta data digital yang saling terkoneksi.
Singgah di 9 Negara
Pada 5 Agustus 2019 lalu, TNI AL memberangkatkan Satgas Kartika Jala Krida Taruna di Mako Armada II, Surabaya. Pelayaran yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Waluyo ini mengarungi lautan menuju 9 negara di Asian Timur dan Australia.
“Pada 2019 KRI Bumi Suci baru selesai pelayaran dan sampai kembali di Surabaya 12 November. Kita melaksanakan muhibah ke 9 negara di Asia Timur termasuk Australia. Tahun ini saja udah (berlayar, red) 99 hari, 9 negara dan 3 kota pelabuhan di Indonesia. Jadi total 12 tempat,” ujarnya.
Di tahun sebelumnya, kapal ini telah melakukan pelayaran dari Spanyol menuju Indonesia. Spanyol sendiri adalah negara tempat dibuatnya KRI Bima Suci, tepatnya di galangan kapal Freire, Kota Virgo. Pelayaran tersebut sekaligus juga digunakan untuk pelatihan taruna Akademi AL.
“Pertama kali (pelayaran) dari Spanyol. Ke Surabaya tahun 2017. Bersamaan dengan penyeberangan tersebut sekaligus digunakan untuk praktek taruna untuk Kartika Jala Krida. Kemudian pada tahun 2018 melaksanakan event di Rusia,” tambahnya.
Makna ‘Bima Suci’ dan Harapan untuk Taruna
Letkol Laut (P) Waluyo mengatakan, asal mula nama Bima Ruci diambil dari cerita pewayangan dalam tokoh Pandawa. Bima, salah satu tokoh dari lima Pandawa, diceritakan mendapat perintah dari Sang Guru untuk mencari Tirta Amerta atau air kehidupan. Dalam perjalanannya, Bima melewati banyak rintangan, hingga mendapatkan banyak pelajaran hidup dalam proses pencarian itu.
Hingga suatu hari, Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Dari sana, Bima telah menggenggam erat kehidupan sejati dan menjadi Begawan Bima Suci.
Dari cerita tersebut, maka dipakailah nama Bima Suci untuk kapal latih TNI AL. Dengan begitu, taruna diharapkan mempunyai karakter seperti Bima yang memiliki etos keilmuan yang tinggi.
“Kapal ini dinamakan Bima Suci, karena diharapkan, taruna-taruna yang melakukan pelatihan disini memiliki semangat dan perjuangan yang keras seperti sosok Bima,” tutupnya.(tin/iss)