Pasar Pabean bagian penting Kota Surabaya. Pasar yang dalam beberapa literatur disebut salah satu pasar tertua di Surabaya ini dahulu menjadi denyut perekonomian Kota Surabaya. Sampai sekarang, Pasar Pabean masih menjadi pusat perputaran ekonomi warga Surabaya.
Anton Gautama, seorang fotografer, mengabadikan warna kehidupan di Pasar Pabean lewat foto. Foto-foto itu lantas dikumpulkan dalam sebuah buku foto. Judulnya, Photography Pabean Passage. Sore kemarin, buku itu dia berikan kepada Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya.
“Buku foto ini mengisahkan kultur kehidupan di Pasar Pabean. Saya ingin melestarikan budaya dari segala etnis yang ada di dalamnya. Di sana ada kekuatan Bhineka Tunggal Ika yang membuat bangsa ini menjadi lebih kuat. Karena itu, saya merasa perlu memberikan buku ini ke Pemkot Surabaya,” kata Anton usai usai bertemu Risma di Balai Kota, Rabu (14/12).
Pria Makassar ini mengaku butuh waktu setahun lebih untuk mengabadikan semua momen yang ada di Pasar Pabean. Selama itu juga, dia seringkali nyanggong (menunggu momen) di pasar itu. “Bikin bukunya tidak lama, hunting foto dan materinya yang lama,” katanya.
Risma mengatakan buku foto Photography Pabean Passage penting bagi Surabaya. Menurutnya, buku itu bukan sekadar buku, melainkan gambaran kehidupan yang mencerminkan kondisi Pasar Pabean.
“Pak Anton membuat buku ini bukan sekadar berprofesi. Tetapi buku ini kelak bisa dipakai sebagai penanda Surabaya. Potret kehidupan di Pasar Pabean ini bukan hanya apa yang dipakai, tetapi juga apa yang mereka pikirkan dan kerjakan,” ujar wali kota.
Risma mengagumi Pasar Pabean. Bukan hanya dari sisi sejarah, arsitektur, tetapi juga letak geografisnya. “Letaknya dulu di tepi Kali Mas dan di dekatnya ada gedung untuk gedung pelabuhan rakyat zaman itu. Di situ ekonomi Surabaya bergerak,” katanya.
Selain menerima buku, wali kota juga menyampaikan komitmen Pemerintah Kota Surabaya untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang menghargai budaya. Banyak warga, di antaranya anak-anak muda, berkesenian.(den/iss)