Abdul Munif (46) orang tua MIR (4) korban penganiayaan menyesal telah menitipkan anak ketiganya ke pengasuh anak. Setelah kejadian penganiayaan yang menimpa MIR, dia akan meluangkan waktu merawat sendiri anaknya.
“Saya menyesal, habis ini saya rawat sendiri. Meskipun anak saya berkebutuhan khusus, tapi saya menyayanginya,” ujarnya di ruang Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya, Rabu (21/12/2016).
Munif memiliki tiga anak. Anak pertamanya perempuan, saat ini sedang berkuliah. Sedangkan anak keduanya perempuan, sekolah di SMA. Munif mengatakan, ide menitipkan anaknya ini karena usulan seorang tetangganya yang bernama Sulis.
Mengingat situasi bahwa istrinya bekerja di Kalimantan sehingga tidak bisa merawat anaknya, sementara dia sendiri bekerja sebagai sopir hingga ke luar kota, maka dia pun setuju dengan usulan Sulis. “Saya ditawari Sulis kalau ada orang perawat anak yang baik, lalu saya sepakat menggaji Rp1,2 juta perbulan,” ujarnya.
Meski dititipkan, kata Munif, dua kakak korban juga sering menjemput korban untuk diajak jalan-jalan. Ketika selesai baru dikembalikan ke pengasuhnya. “Maksud saya juga untuk meringankan kakaknya yang masih sibuk belajar. Makanya saya rela keluarkan uang untuk kebutuhan si kecil,” katanya.
Tapi, kata Munif, kenyataan berbicara lain. Rina Kustianingsih (43) yang awalnya dia percaya untuk merawat anaknya, ternyata malah melakukan penganiayaan. Wajah MIR lebam karena pukulan dengan botol minyak urut (GPU). Bagian tubuh yang lain juga tampak bekas gigitan.
Di ruang Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya, korban MIR tampak tak mau berhenti bermain. Dia mencorat-coret kertas yang disediakan oleh petugas PPA. Ditemani ayah dan kakaknya dia tampak ceria. Kombes Pol M Iqbal Kapolrestabes Surabaya juga menyempatkan mengunjungi MIR dan menemani bermain.(bid/iss/den)